Katolikpedia.id – Lebih dari dua tahun pandemi melanda dunia, akhirnya tahun ini Misa Minggu Palma bisa diselenggarakan secara offline di Lapangan Basilika Santo Petrus Vatikan. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Paus Fransiskus.
Seperti biasa, ada pesan-pesan positif yang dibagikan Paus Fransiskus. Tentunya, pesan ini perlu kita renungkan sebaik mungkin agar iman kita semakin dewasa. Dan, pesan Minggu Palma Paus Fransiskus juga bisa jadi bekal bagi umat sebelum memasuki Tri Hari Suci.
Berikut adalah pesan Paus Fransiskus di Minggu Palma buat kamu!
#Tidak ada kata terlambat
“Bersama Yesus, tidak ada kata terlambat. Bersama Dia, segala sesuatu tidak pernah berakhir.”
Di hadapan umat yang hadir dan mereka yang menyaksikan Misa secara online dari berbagai belahan dunia, Paus Fransiskus menggarisbawahi hal ini selama homilinya, “Bahwa tidak peduli seberapa buruk situasinya, tidak ada kata terlambat untuk membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, karena Dia menunggu kita dengan belas kasihan-Nya.
#‘Bapa, maafkan mereka’
Bapa Suci memulai homilinya dengan mengingat bagaimana doa Yesus kala disalibkan di Golgota. Bahwa ada dua cara berpikir bertentangan. Yang dimaksud Bapa Suci adalah Yesus dan orang-orang yang menyalibkan Dia.
Paus menyoroti bahwa, kata-kata Yesus sangat kontras dengan mereka yang menyalibkan Dia, yang terus mengoloknya dengan kalimat, “Selamatkan dirimu.”
“Kata selamatkan dirimu sendiri bertentangan dengan kata-kata Juruselamat yang memberi diri-Nya. Yesus tidak membela atau membenarkan diri-Nya sendiri. Sebaliknya, Dia berdoa kepada Bapa, menawarkan belas kasihan kepada mereka yang menyiksa-Nya, dan berkata: ‘Bapa, ampunilah mereka’ di tengah tubuh-Nyayang sakit dan berlumur darah”.
Sri Paus lalu mengambil contoh dari sikap manusia pada umumnya. Pada saat-saat seperti itu, biasanya kita akan berteriak, dan melampiaskan semua kemarahan atas penderitaan yang kita alami. Tetapi berbeda dengan Yesus. Dia justru berdoa: ‘Bapa, maafkan mereka.’
Sama halnya dengan pengampunan yang diberikan Yesus kepada para algoju dan mereka yang menyalibkan-Nya, Dia juga melakukan hal yang sama kepada kita.
“Ketika kita berbuat dosa, Tuhan menderita namun hanya satu keinganan-Nya, yakni mengampuni kita”
Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk memandang Yesus yang di salib bukan sekedar karena karya Penyelamatan-Nya tapi karena cinta yang tak terselami.
“Mari kita memandang Yesus di salib, dan menyadari bahwa kita tidak pernah dipandang dengan tatapan yang lebih lembut dan penuh kasih atau menerima pelukan yang lebih penuh kasih, selain dari Yesus”
Bapa Suci mengundang umat beriman untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus yang tersalib dan berkata: “Terima kasih, Yesus: Engkau mencintaiku dan selalu memaafkanku, bahkan pada saat-saat ketika aku merasa sulit untuk mencintai dan memaafkan diriku sendiri.”
#Memutus lingkaran setan
Selanjutnya, Bapa Suci mengajak kita untuk berefleksi dengan merenungkan pertanyaan ini, “Seberapa sering kita menghabiskan waktu untuk mengingat kembali mereka yang telah menyakiti hati kita?”
Maksud Bapa Suci adalah, sejauh mana kita merenungkan kembali seseorang yang mungkin dalam hidup kita, sering melukai, menyinggung atau mengecewakan kita; seseorang yang membuat kita marah, yang tidak memahami kita atau yang memberi contoh buruk?
Pada Minggu Palma ini, Bapa Suci dengan tegas menekankan bahwa, “Yesus mengajarkan kita untuk terus menyimpan dendam, tetapi untuk bereaksi, untuk memutus rasa benci dan amarah dalam diri kita, karena itu adalah lingkaran setan.”
Sri Paus juga menegaskan kepada umat bahwa, Tuhan melihat seorang putra atau putri dalam diri setiap orang. Tuhan, tidak memisahkan kita menjadi teman dan musuh. Justru kitalah yang melakukan ini, dan tentu saja itu membuat Tuhan menderita.
“Bagi-Nya, kita semua adalah anak-anak terkasih-Nya, anak-anak yang ingin dipeluk dan diampuni-Nya.”
#Memaafkan tanpa kenal lelah
Pengampunan Yesus kepada mereka yang menyalibkan-Nya bukan sekedar kata, bukan hanya sekali saat Dia dipaku di kayu salib, tetapi dengan segenap hati dengan menyerahkan segala penderitaan-Nya.
Maka apa Suci sekali lagi menekankan bahwa, “Tuhan tidak pernah lelah memaafkan. Tuhan tidak memaafkan kita hanya untuk sementara waktu lalu berubah pikiran, seperti yang sering dilakukan manusia. Dia mengampuni kita dengan sungguh.”
#Dalam kebodohan perang, Kristus disalibkan lagi
Tak lupa, pesan Minggu Palma Paus Fransiskus juga berisi tentang seruan perdamaian. Ia menghimbau agar peperangan dihentikan, karena itu hanya akan meninggalkan luka.
Ketika kita menggunakan kekerasan, kita menunjukkan bahwa kita lupa akan kasih Tuhan, yang adalah Bapa kita, tentang orang lain, yang adalah saudara dan saudari kita. Kita justru terjebak dengan keiginan dunia dengan melakukan tindakan kekejaman yang tidak masuk akal.
“Yesus disalibkan dalam diri para pengungsi yang melarikan diri dari bom dengan anak-anak di tangan mereka, Dia disalibkan dalam diri orang tua yang dibiarkan mati, orang muda yang kehilangan masa depan dan dalam diri tentara yang dikirim untuk membunuh saudara-saudara mereka,” tegas Bapa Suci.
#Bersama Tuhan, tidak ada kata terlambat
Yang terakhir dan yang paling penting, Bapa Suci berpesan, “Marilah kita berpegang teguh pada kepastian bahwa Tuhan mengampuni setiap dosa, menjembatani setiap jarak, dan mengubah semua duka menjadi suka. Kepastian bahwa bersama Yesus, selalu ada tempat bagi setiap orang. Bahwa dengan Yesus, segala sesuatu tidak akan berkesudahan. Bahwa bersama Dia, tidak pernah ada kata terlambat. Dengan Tuhan, kita selalu bisa hidup kembali.”
Bapa Suci mengakhiri kotbahnya dengan mengundang umat beriman untuk melakukan perjalanan menuju Paskah dengan merenungkan pengampunan-Nya, yakin bahwa, “Kristus terus-menerus menjadi perantara bagi kita di hadapan Bapa. Bahwa ketika Kristus menatap dunia kita yang kejam dan penuh derita, Dia tidak pernah bosan untuk mengulangi: ‘Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Selamat berefleksi, semoga pesan Paus Fransiskus ini menemani persiapanmu jelang Tri Hari Suci.