Katolikpedia.id
Berita OMK Santo-Santa

Terinspirasi dari Bunda Teresa, Wanita ini Selamatkan Ribuan Gadis dari Human Trafficking

anuradha-koirala-dan-bunda-teresa

Katolikpedia.id – Anuradha Koirala adalah wanita berhati mulia yang berjuang mati-matian untuk menyelamatkan gadis-gadis malang, korban human trafficking.

Mungkin di Indonesia, sosok Anuradha Koirala belum begitu populer, tapi di Nepal, perempuan berjiwa sosial ini sudah cukup dikenal.

Namanya dikenal bukan karena kecantikan atau karena punya kasta tertinggi di sana. Dia dikenal sebagai penolong bagi para gadis yang bernasib kelam.

Kira-kira, seperti apa perjuangan Anuradha Koirala ini? Dan apa motivasinya? Mari kita simak satu per satu.

#Masa kecil Anuradha Koirala

Anuradha Koirala yang lahir pada 14 April 1949 ini menjalani masa sekolahnya di sekolah Katolik, St. Yosep Kalimpong, India.

Rupanya, selain menimba ilmu, Anuradha kecil juga mulai tertarik dengan sejumlah pelayanan sosial yang dilakukan sejumlah suster di tempat ia menempuh pendidikan itu. Benih-benih jiwa sosial dalam dirinya semakin terpupuk.

Baca Juga: Seputar Kasus-Kasus Pelecehan Perempuan oleh Pastor Tertahbis

#Korban KDRT

Usai menamatkan pendidikannya, Anuradha Koirala berkarya di bidang pendidikan. Hampir 20 tahun, ia mengajar di beberapa sekolah di Kathmandu, ibu kota negara Nepal.

Tahun 1990-an, jadi permulaan bagi Anuradha Koirala untuk beralih profesi sebagai aktivis perempuan. Alasan utamanya, karena ia pernah mengalami trauma yang luar biasa akibat perlakuan mantan suaminya.

anuradha-koirala-pendiri-Maiti-Nepal
(Foto: kathmandupost.com)

“Setiap hari, ada pemukulan. Dan kemudian saya mengalami tiga keguguran yang saya pikir berasal dari pemukulan itu. Itu sangat sulit karena pada hari-hari itu, saya tidak tahu harus pergi ke mana dan harus melaporkan kepada siapa, ” ujar perempuan yang kini berusia 71 tahun ini.

Dia yang adalah korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), merasa tersentuh saat melihat sejumlah gadis dan perempuan, sedang mengemis di pinggir jalan, di depan Kuil Pashupatinath, Kathmandu.

Mereka ini adalah korban KDRT dan juga korban perdagangan perempuan yang kehilangan harapan dan ditolak oleh keluarga.

Sebagai orang yang pernah merasakan luka yang sama, Koirala sangat mengerti dan memahami  penderitaan  dan beban psikologi yang dialami sejumlah perempuan ini.

“Ketika saya melihat rasa sakit mereka – rasa sakit mental mereka serta rasa sakit fisik – itu sangat meresahkan, sehingga saya tidak bisa berpaling dan menjauhi mereka. Ini memberi saya kekuatan untuk terus melawan dan membasmi kejahatan ini ” ujar Koirala.

anuradha-koirala-dan-aktivis-perempuan
(Foto: feminisminiindia.com)

#Pengagum Bunda Theresa

Keberanian Anuradha Koirala untuk bangkit dari beban psikologi yang dialaminya, tidak datang begitu saja. Butuh usaha keras untuk berdamai dengan rasa trauma di dalam dirinya.

Salah satu sosok yang selalu memotivasinya adalah Bunda Theresa. Santa yang satu ini jadi panutan hidupnya.

Rasa kagum yang begitu besar kepada Bunda Therea ini juga, jadi salah satu alasan di balik keputusannya untuk memperjuangkan martabat para korban kekerasan seksual.

#Mendirikan Maiti Nepal

Sebelum mendirikan Maiti Nepal, ibu satu orang anak ini memulainya dengan cara, turun ke jalanan dan mencoba membangun komunikasi sebaik mungkin.

Berbagai saran, arahan dan motivasi diberikan Koirala agar mereka sadar untuk sembuh dari rasa trauma dan memulai hidup yang lebih baik.

anuradha-koirala-pendiri-Maiti-Nepal -
(Foto: Intelligentliving.com)

Awalnya, ia hanya berhasil mengumpulkan delapan orang. Delapan orang ini didampingi sebaik mungkin, hingga ia mengajak mereka untuk mulai membangun warung-warung kecil. Koirala kemudian mengantongi mereka 1000 rupe dari uang pribadinya, sebagai modal awal.

Kemudian, dua rupee dari bunga usaha ini, dikumpulkan Koirala lalu diberikan lagi kepada para gadis dan perempuan lainnya yang juga membutuhkan.

Kerja keras Koirala tak cukup di sini saja. Selangkah lebih maju ditempuhnya, dengan mulai mendirikan Maiti Nepal pada tahun 1993.

Maiti artinya rumah ibu. Jika disimpulkan, maka Maiti Nepal artinya ‘rumah ibu’ di Nepal. Bagi Koirala, Maiti adalah rumah sejati, tempat berlindung bagi korban KDRT dan human trafficking.

Perjalanan panjang yang ditempuh Koirala, yang berawal dari rasa sakit berujung pada kesuksesan. Kebahagiaan terpancar dengan jelas di wajahnya ketika ia dinobatkan sebagai CNN Heroes Award  pada 2010 lalu. Dia pantas mendapatkan penghargaan ini.  

anuradha-koirala-CNN-Heroes-Award
(Foto: hubpages.com)

Kini, Maiti Nepal sudah memasuki usia 27 tahun. Di ‘rumah ibu’ ini, lebih dari 18.000 korban berhasil diselamatkan.

Sepanjang karirnya sebagai seorang aktivis kemanusiaan, Koirala secara khusus berfokus pada penanggulangan terhadap perdagangan manusia, khususnya para gadis dan perempuan.

Koirala dikenal sebagai seorang ibu yang kaya akan kasih sayang. Segala sesuatu dilakukannya dengan penuh cinta. Wajar, jika anak-anak asuhannya kerap menjulukinya, Bunda Theresa dari Nepal.

Sumber: feminisminiindia.com, aleteia.org, maitinepal.org

Berita Terkait:

Para Dosen Katolik Rayakan HUT Ke-4 IKDKI

Steve Elu

Usai Ditetapkan Cawapres 2023, Ini Pesan Romo Paschal untuk Mahfud MD

Steve Elu

Puji Tuhan! Pesepak Bola Ronaldo Resmi Dibaptis Jadi Katolik!

Edeltrudizh
error: Content is protected !!