Katolikpedia.id
Berita Motivasi

Kisah Frater SVD Pertama Kali Bermisi ke Spanyol. Penuh Perjuangan!

Frater-Melki-Deny-SVD

Katolikpedia.id – Ujian skripsi baru selesai. Hati sedikit gembira dan bahagia. Proses pengerjaan skripsi memang tidak mulus.

Saya harus menghadapi beberapa persoalan pelik dan situasi batas; laptop eror, tugas kuliah, tugas sie Publikasi (Jurnal AKADEMIKA), masalah keluarga, dan harus merasakan kehilangan kakak sulung saya. Ia meninggal tanpa diognis penyakit yang jelas pada Maret lalu.

Berita duka ini mengharuskan saya  untuk pulang ke rumah. selama beberapa hari dan meninggalkan skripsi. Beban pikiran sungguh berat.

# Tempat Orientasi Pastoral (TOP)

Selepas ujian skripsi, saya dan semua konfrater angkatan 81 mengikuti pertemuan dalam rangka pemilihan Tempat Orientasi Pastoral (TOP) dan Overseas Training Program (OTP).

Sesi pertama, kami semua memilih beberapa di antara kami yang menjadi utusan OTP, dan saya termasuk di dalamnya. Dalam hati saya meragukan potensi dan kemampuan saya. Saya tidak sepandai, secerdas, dan secekat konfrater yang lainnya. Lama kelamaan saya terima keputusan itu, meskipun saya tidak tahu, ke mana saya akan diutus.

Beberapa minggu kemudian, saya mendengar isu bahwa saya akan diutus ke Amerika Serikat, meskipun tidak tahu di kota mana. Namun kemudian, ada isu lain yang datang menghampiri. Saya dipindahkan ke Spanyol.

Tidak cukup di situ, setelah semua urusan dokumen dan masa orientasi pastoral selesai, saya harus menelan rasa kecewa. Para frater yang akan ke Spanyol justru dibatalkan karena beberapa alasan.

Saya kemudian diminta untuk studi lanjut S-2 Teologi di Filipina.  Saya merasa keberatan. Hati berkata, saya harus ke Spanyol. Saya membatin, bahwa tidak ada persoalan, masalah, tantangan yang tidak ada jalan keluar; hanya orang yang takut menerobos batas kemustahilan yang akan terkapar dalam masalah.

Dan Puji Tuhan, saya dan Jovan tetap diberangkatkan ke Spanyol. Kami menunggu keberangkatan dari Maumere menuju Jakarta selama kurang lebih satu bulan. Saya mengisi waktu penantian dengan mengunjungi perpustakaan kampus, membaca, dan menulis.

Dan akhirnya, penantian itu tiba. 17 September 2022 kami terbang dari Maumere menuju Kupang, dan esoknya 18 September 2022, dari Kupang menuju Jakarta.

#Tertahan di Jakarta

Proses pengajuan visa cukup memakan waktu. Kami menunggu di Jakarta selama kurang lebih dua bulan. Sambil menunggu, saya dan Jovan merayakan masa penantian dengan kegiatan-kegiatan yang ada di SOVERDI St. Yosef, kegiatan di luar, misalnya, pimpin retret untuk SMA Bunda Hati Kudus-Kota Wisata-Bogor, Misa, rekoleksi, narasumber, mengunjungi tempat wisata, dan jalan-jalan.

Jumat 18 November 2022, ketika pulang dari rumah retret SVD-Tugu Wacana-Cisarua-Bogor, ada kabar bahagia yang menghampiri saya. Pak Afandi mengabarkan bahwa visa kami sudah keluar. Perjalanan ke Spanyol tinggal menunggu hari.

“Frat, siap terbang ke Spanyol minggu depan ya, karena Senin 21 ini Visa akan keluar”, kata om Afandi. Saya langsung berlari ke kamar Jovan dan menyampaikan kabar gembira itu.

“Saya langsung merinding mendengar kabar itu. Yang benar saja”, Jovan bertanya dengan sedikit ragu.

“Kalau tidak percaya, Jo langsung tanya Pak Afandi saja”.

Jumat, 25 November 2022 jam 03:45 kami berangkat dari SOVERDI St. Yosef menuju bandara Internasional Soekarno Hatta.

#Meninggalkan Indonesia dan Menuju Spanyol

Kami terbang dari bandara Internasional Soekarno Hatta pada jam 08:45 dan akan tiba di Doha (DOH) Hamad International Airpot―Qatar pada pukul 13:30 waktu setempat. Dua jam kami transit di Doha (DOH) Hamad International Airpot―Qatar yang besar, dan luas itu.

Di sini kami tidak lagi menemukan orang-orang Indonesia. Hanya orang-orang Asing dari negara-negara maju yang tidak berbicara Bahasa Inggris. Indonesia benar-benar jauh dari jangkauan kami.

Pukul 15:30 kami terbang dari Doha (DOH) Hamad International Airpot―Qatar dan tiba di Madrid (MAD), Adoflo Suares Madrid-Barajas Airport―Spanyol pada pukul 21:45.

Seorang petugas di bandara bertanya kepada saya: “Where are you going?”. Saya langsung menjawab: “I’am going to Corazon de Maria 19.”

Petugas itu terlihat sedikit bingung dan bertanya lagi. Dengan yakin saya mengulang jawaban yang sama.  Namun, sepertinya jawaban saya mendatangkan kebingungan.

Syukur, jawaban Jovan membuat petugas berhenti bertanya.  Saya lalu bertanya ke Jovan, apa jawaban yang dia berikan? Kata Jovan: “I’am going to Madrid.”

#Disambut hal unik

“Kami tunggu di pintu keluar”, sebuah chat dari Pater Geby SVD (Provinsial) masuk. Kami mengarah ke pintu keluar. Dan di sana, sudah ada Pater Geby dan Pater Macario, SVD, Provinisal Spanyol sedang menunggu kami. Seketika, aura bahagia terpancar dari wajah mereka. Kami tiba dengan selamat.

Kami berpose sejenak di pintu keluar, lalu Pater Provinsial dan Pater Rektor membawa koper dan tas kami ke dalam mobil. Ini sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya.

Di sepanjang perjalanan, ada hal unik yang kami temui. Bisa dibilang, ini sangat berkesan.Kami melintasi tempat latihan Klub sekap bola Real Madrid. Dan ternyata, sekitar 60 meter dari tempat tinggal kami, ada tempat Fitness Cristiano Ronaldo. Ini mengaggumkan! Kedatangan kami di kota ini disambut hal baik.

Sepanjang perjalanan, isi kepala saya sudah membayangkan biara yang akan kami tinggali. Dalam benak, saya berpikir bahwa biara kami modelnya akan seperti biara pada umumnya di Flores-Indonesia. Ada rumah, punya halaman rumput, taman indah, kapela besar, dapur besar dan lainnya.

Ternyata, faktanya jauh berbeda. Provinsi SVD Spanyol tidak memiliki rumah biara sendiri. Di sini kami tinggal di apartemen lantai 5. Ini suatu hal baru yang membuat saya heran dan tertawa sendiri.

Mulai November hingga April nanti, Spanyol sedang dalam musim dingin. Saya harus beradaptasi meskipun suhu udaranya sampai 20 celcius.

Pada malam Minggu 27 November, kami berjalan-jalan keliling kota sampai ke Plaza de Toros. Tempat ini sangat terkenal di sini.

Plaza-de-Toros-Madrid-Spanyol
Plaza de Toros

Dari jalan-jalan santai ini, saya akhirnya menemukan bahwa orang-orang Spanyol lebih suka jalan kaki ketimbang berebutan naik bus. Beberapa tahun ke depan, saya masih harus beradaptasi dengan cuaca, dan tentu saja dengan makanan di sini.

Ini memang perjalanan dan proses yang panjang. Tetapi, semua ini tidak semata-mata karena usaha kami sendiri, tetapi berkat doa, dan dukungan dari semua orang, terutama rekan-rekan SVD. Dan tentu saja, doa dan berkat St. Arnoldus Janssen dan St. Yosef Freinademetz juga selalu menyertai kami.

Oleh: Frater Melki Deny, SVD

Berita Terkait:

Romo Jean Felix Moriceau MEP Meninggal di Usia 99 Tahun

A. Daris Awalistyo

Doa bukan sekadar Teriakan dan Nyanyian. Doa adalah Jiwa dari Relasi kita dengan Tuhan

Steve Elu

Kebangkitan Kristus adalah Harapan untuk Mereka yang Kehilangan Arah

Tiwie Pert
error: Content is protected !!