Katolikpedia.id – Di antara 5 Bruder Serikat Sabda Allah (SVD) yang mengikrarkan Kaul Kekal pada tahun ini (2023), ada nama Br Yuventus Fallo yang terselip di sana. Ia berasal dari Paroki Tunbaba, salah satu paroki di Keuskupan Atambua.
Br Yuven, begitu sapaan akrabnya, memang sudah sejak dulu bermimpi menjadi bagian dari keluarga SVD, namun sayang, ada satu kelemahan yang membuatnya sulit mendapatkan restu orangtua. Seperti apa perjuangan Br Yuven hingga tiba pada momen Kaul Kekal ini? Mari, simak wawancara singkat Katolikpedia dengan Br Yuven!
Bagaimana perjalanan awal hingga memiliki ketertarikan untuk menjadi Bruder? Apakah ada pengalaman unik atau yang paling berkesan?
Saya termotivasi menjadi biarawan sejak berada di bangku kelas II Sekolah Dasar. Dan cita-cita ini tidak berubah sejak hingga jenjang SMP dan SMA.
Ketika ditanya, apa cita-citamu? Saya selalu menjawab hal yang sama: “Ingin menjadi biarawan atau imam SVD,” karena memang SVD sudah menjadi salah satu serikat idaman saya.
Karena mimpi inilah sewaktu tamat dari SMP, saya secara diam-diam mengirim surat lamaran ke seminari tanpa sepengetahuan orangtua. Sampai pada pengumuman kelulusan, barulah niat ini saya utarakan dengan menyodorkan bukti surat lamaran ke seminari kepada orangtua.
Namun saat itu, orangtua menaruh keraguan yang besar. Hal ini karena tabiat saya yang sering kali alpa alias sering tidak masuk sekolah.
Saya dikenal si tukang alpa dan bolos. Inilah alasan terbesar orangtua meragukan keseriusan saya untuk bersekolah di seminari. Jadilah saya melanjutkan ke jenjang SMA. Tapi niat untuk menjadi imam tak pernah hilang. Selalu tertanam di hati
Selepas SMA, mimpi untuk menjadi imam mulai menemui titik terang. Pada suatu kesempatan, Bruder Clemens Balan, SVD (Alm) mengadakan promosi panggilan di sekolah saya.
Tanpa menunda lagi, saat itu juga, saya mendaftarkan diri. Namun, maksud dan tujuan mulia saya ini tetap tidak direstui orangtua. Berkat bantuan Bruder Clemens, orangtua saya akhirnya memberikan restu dengan catatan, kebiasaan bolos dan alpa tidak boleh terulang lagi.
Apa yang melatarbelakangi keputusan Br Yuven untuk memilih dan terus bertahan dalam panggilan hingga sejauh ini? Dan bagaimana tanggapan orangtua saat awal memutuskan untuk menjadi Bruder?
Pertama-tama karena keinginan pribadi yang kuat, kemauan sendiri, tanpa paksaan, dan yang paling penting adalah, bentuk tanggung jawab atas komitmen saya kepada orangtua.
Meski awalnya sempat tidak memberi restu, orangtua berpesan dengan nada tegas, “ini pilihan terakhirmu, bukan kami yang mau tapi keinginanmu sendiri jadi terjadi apa-apa lagi ya kami lepas tangan. Kamu berhak menentukan pilihan mu sendiri.” Hal inilah yang membuat saya kuat dan bertahan.
Mengapa memilih menjadi Bruder, bukan seorang imam?
Keinginan awal adalah menjadi Imam SVD, tetapi akhirnya memilih menjadi Bruder karena dinamika hidup saya seputar perjalanan pendidikan yang morat-marit.
Selain itu, menurut saya menjadi Bruder itu unik dan anugerah. Unik karena yang menjadi imam itu sudah biasa (umum), sedangkan menjadi bruder itu luar biasa karena tak semua orang bercita-cita mejadi Bruder.
Dan bagi saya, menjadi imam atau bruder semuanya baik, tetapi yang terpenting adalah saya menjadi bagian dari SVD, serikat yang sudah saya impikan sejak kecil.
Dari Paroki Tunbaba yang jauh di sana, apa yang melatarbelakangi keputusan Bruder Yuven untuk memilih menjadi seorang Bruder SVD, ketimbang serikat lain?
Ya… Kelekatan dan ketertarikan saya pada SVD sejak kecil itulah yang membuat saya jatuh cinta pada SVD.
Kalaupun waktu itu ada serikat lain yang juga ikut mempromosikan kongregasinya di sekolah saya, maka sudah pasti akan saya tolak. Memang, semua serikat itu baik, namun hati saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan serikat yang didirikan oleh Santo Arnoldus Janssen tersebut.
Dari 5 Bruder yang kaul kekal, dua di antaranya berasal dari Paroki Tunbaba, dan Br Yuven salah satunya. Bagaimana tanggapan Bruder terkait hal ini?
Ini hal yang luar biasa. Karena jujur Bruder SVD yang berasal dari Paroki kami masih sangat sedikit. Maka, ini adalah momen bagi kami berdua untuk membuka jalan panggilan khususnya sebagai Bruder SVD bagi pemuda-pemuda tampan yang ingin memilih jalan hidup bakti.
Selama perjalanan panjang hingga tiba pada momen kaul kekal ini, adakah hal paling sulit yang mungkin sempat mengguncang semangat panggilan atau mendatangkan keraguan? Bagaimana cara mengatasinya?
Namanya manusia kelekatan daging (kodrat) pasti ada. Ada kecendrungan sosial relasi dengan lawan jenis. Ketika membandingkan diri dengan teman-teman di luar sana yang sudah memiliki segalanya termasuk (anak), kadang membuat saya untuk banting stir dan menginginkan hidup seperti mereka.
Ingin juga memiliki pekerjaan yang mendatangkan uang yang banyak untuk keperluan pribadi dan menopang ekonomi keluarga.
Nah, untuk mengatasi hal-hal yang menggiurkan ini, saya kembali melihat perjalanan panggilan, motivasi, dukungan dan perjuangan awal saat memilih jalan ini.
Selain itu, kehidupan di dalam biara juga ikut berpengaruh. Persaudaraan antar saudara satu komunitas atau konfrater cukup meneguhkan dengan perbedaan sifat dan karakter yang tentunya saling memperkaya satu sama lain.
Dan di atas semua itu, ada doa dan devosi yang paling menguatkan.
Bagaimana perasaan Br Yuven selama persiapan menjelang kaul kekal? Adakah bayangan ketakutan dalam menghadapai tantangan-tantangan yang akan datang di hari esok?
Pertama-tama saya senang dan bahagia, karena sudah melewati masa pemebentukan. Tantangan demi tantangan sudah dilewati dengan usaha dan perjuangan yang luar biasa.
Dan untuk kecemasan atau ketakutan yang datang di hari esok, saya tetap menaruhnya dalam doa-doa saya, semoga saya mampu menjalani hidup sebagai seorang biarawan yang baik sesuai harapan umat, kongregasi dan Gereja Universal.
Apa makna kaul kekal bagi Bruder Yuven? Bisa gambarkan dalam tiga kata.
Datang, Sukacita ada!
- Musik Etnik Jadi Musik Liturgi Gereja Katolik, Apa Bisa?
- LP3KN Menyusun Program Kerja 2025
- Tahun Yubileum sebagai Simbol Pembebasan dan Penghiburan
- Pesta Demokrasi dalam Pemilihan Ketua dan Wakil Senat Mahasiswa Kampus
- Lebih Dekat dengan Uskup Baru Keuskupan Surabaya