Katolikpedia,id – Pada perayaan Minggu Palem/palma kita sering menyerukan Yesus memasuki kota Yerusalem. Lantas, pintu gerbang Yerusalem bagian manakah yang dimasuki oleh Yesus?
Mungkin pertanyaan ini terasa konyol atau terkesan main-main. Tapi jangan salah. Bagi mereka yang non Katolik, bisa jadi mempertanyakan hal ini.
Maka sudah sepantasnya, sebagai orang Katolik, harus bisa menjelaskan kepada mereka yang bertanya, pintu gerbang Yerusalem bagian mana yang dimasuki oleh Yesus dan disambut meriah bagai raja?
Menurut tradisi Yahudi, sebagai dilansir dari hidupkatolik.com, Yesus masuk ke Yerusalem melalui Pintu Gerbang Emas (Golden Gate) yang dalam bahasa Ibrani disebut Pintu Kerahiman (Gate of Mercy). Gerbang Emas ini terletak di sebelah timur kota Yerusalem.
Sekali lagi merujuk pada tradisi Yahudi, dijelaskan juga bahwa Yang Ilahi seringkali muncul di gerbang timur ini dan akan muncul sekali lagi pada saat Yang Diurapi (Mesias) datang (Yeh 44:1-3).
Sang Mesias akan datang memasuki ke kota Yerusalem melalui Gerbang Emas ini dan kemudian menyatakan kemenangan di Yerusalem. Karena itu, Gerbang Emas ini menjadi sangat bermakna bagi orang Israel.
Ditilik dari sisi historisnya, gerbang Emas ini ditutup pada 810, dan dibuka kembali pada Perang Salib tahun 1102, tetapi kemudian ditutup kembali dengan tembok pada 1187.
Gerbang Emas ini kemudian dibangun kembali tetapi kemudian ditembok kembali pada 1541 sampai sekarang.
Dengan demikian, seruan Yesus memasuki kota Yerusalem itu benar adanya, dan punya jejak sejarah yang bisa dilacak dan diyakini hingga hari ini.
Sebagai orang Katolik, kita harus mengetahui akan sejarah ini. Bahwa iman kita bukan hanya berdasar pada sesuatu yang abstrak tetapi punya jejak sejarah yang bisa dirujuk.
Namun, ketika hari ini gerbang Yerusalem itu tentu punya makna lain yaitu gerbang hati kita. Kita merayakan Minggu Palem berarti kita membuka gerbang emas dalam hati agar Yesus bisa masuk dan bersemayam.
Sejarah pintu gerbang Yerusalem tersebut mendapat wajah baru hari ini, yakni wajah iman kita masing-masing. Mari kita ukir sejarah tersebut dalam jejak hidup dan iman kita sebagai orang Katolik.