Seorang imam Dominikan menceritakan kisah panggilannya yang sungguh unik dan mengagumkan. Ia tumbuh dalam keluarga Protestan, kemudian minta dibaptis dan jadi imam Katolik.
Kisah panggilan ini ia bagikan sebagai kesaksian iman dan inspirasi, bukan untuk mengajak orang pindah agama. Dari sini tampak bahwa Tuhan bekerja dalam diri setiap orang, apa pun kondisi kita.
Yang dibutuhkan dari kita adalah keterbukaan hati untuk mendengar panggilan Tuhan dan kesediaan untuk menjawab panggilannya itu.
# Dari keluarga Protestan
Nama imam tersebut adalah Romo Thomas Joseph White OP. Kisah panggilan ini dipublikasikan di catholicherald.co.uk.
Ini kisah lengkap panggilan Romo White yang dibaptis dan jadi imam Katolik sampai sekarang.
Romo White dibesarkan di Georgia Tenggara sebagai putera tunggal dalam keluarga; ayah Yahudi dan ibu Presbyterian. Orangtuanya cukup religius. Ayahnya dapat dicirikan sebagai seorang Yahudi yang agak sekuler dan ibu saya adalah seorang Presbiterian sederhana.
Meski lahir dan dibesarkan di lingkungan yang sangat kental Protestan, ia tidak dibaptis waktu kecil. Namun, White kecil tetap menghidupi nilai-nilai keagamaan yang diajarkan orangtuanya.
“Meski saya tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang sangat kental dengan ajaran agama Protestan, saya tidak punya kesadaran akan pentingnya Kristus dalam hidup saya. Kehadiran Tuhan tidak menjadi perhatian saya,” katanya.
Katanya lagi, “Waktu kecil saya juga rajin berdoa. Kebiasaan itu terbawa saat saya remaja. Tapi jujur saya tidak memikirkan agama dan merasa itu sesuatu yang penting”.Ketika berusia sekitar 11 tahun, White dan orangtuanya datang ke Asia. Di situlah ia melihat bahwa agama menjadi sesuatu yang sangat penting.
“Saya mulai tertarik. Ada rasa ingin tahu dalam hati saya”.
# Tertarik mempelajari agama
Saat mulai masuk universitas, ia mulai mempelajari metafisika Vedanta Buddhis dan India, ia mulai mulai berkenalan dengan pemikiran-pikiran seperti penyebab realitas. White juga mulai belajar tentang mistisisme Timur. Lalu juga ia merasa perlu mempelajari mistisisme Barat.
Untuk memenuhi hasrat ingin tahunnya itu, ia mulai membaca buku-buku karya Thomas Merton.
“Saya mulai tertarik pada hal-hal seperti doa Yesus dan bentuk-bentuk meditasi Kristen. Itu menjadi perhatian saya bahwa dengan merenungkan misteri Tuhan dan Kristus dalam diri terdalam seseorang, Anda dapat bertemu Kristus”.
Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang teman memberinya buku berupa kumpulan surat Flannery O’Connor. Ia tertarik membaca karya itu karena sang penulis juga berasal dari Georgia Tenggara.
Di situlah ia mulai berkenalan dengan para intelektual Katolik. Ia menemukan dasar-dasar pemikiran Katolik yang sangat meyakinkannya. Ia juga pergi ke perpustakaan untuk berburu pengetahuan tentang ajaran kekatolikan.
#Dibaptis dan jadi imam Katolik
Banyak waktu yang ia habiskan untuk membaca. Setelah cukup yakin, ia minta dibaptis. “Saya akhirnya dibaptis sebagai seorang Protestan pada Paskah di tahun pertama saya”.
Semester berikutnya, ia mengambil kelas tentang Kekristenan Awal. Ia semakin semangat untuk mempelajari asal-usul historis kekristenan awal. Di kelas itu ia membaca karya pemikir-pemikir besar seperti Ignatius dari Antiokhia dan Irenaeus, Agustinus dan Athanasius, dan tokoh-tokoh lain seperti Yohanes Krisostomus.
Dari perjalanan panjang inilah White semakin yakin untuk menjadi seorang Katolik. Selanjutnya, dengan penuh yakin ia bergabung dengan Ordo Dominikan untuk menjadi seorang imam Katolik.
Sekarang, ia menjabat sebagai rektor Universitas Kepausan St. Thomas Aquinas Roma. Dan ia adalah orang Amerika pertama yang memegang posisi tersebut. Sebelum ditunjuk sebagai rektor, Pastor White sudah mengajar di universitas tersebut sejak tahun 2018.
Inilah kesaksian dari seorang yang dibaptis dan jadi imam Katolik. Semoga kita bisa terinspirasi untuk menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat.