Katolikpedia.id – Sebuah video beredar di Media sosial. Tiga romo merayakan Misa di samping ibunya yang terbaring lemah karena sakit.
Doña Inés, ibu dari tiga imam itu, berusia 87 tahun. Saat ini sedang menderita demensia. Demesia atau dalam bahasa awam disebut pikun, adalah sakit yang umum diderita orang lanjut usia.
Selama sakit, Doña Inés dirawat oleh tiga anaknya, yang juga adalah romo.
Video yang beredar baru-baru ini, memperlihatkan tiga anaknya tersebut merayakan Misa konselebrasi di samping tempat tidur. Sementara ibu mereka, Doña Inés, terbaring lemah.
Momen Misa keluarga tersebut dibagikan melalui akun TikTok milik Pastor Adriano Brito, seorang imam Kongregasi Para Imam Hati Kudus Yesus (SCJ/Dehonian).
Ketiga romo tersebut adalah Romo Sildo César da Costa, Romo Sérgio Luís da Costa, dan Romo Silvano João da Costa.
Temani sang ibu
Kisah tiga romo merayakan Misa di samping ibu mereka yang sudah lanjut usia dan sedang sakit tersebut memperlihatkan kasih sayang yang sangat dalam.
Ini adalah bakti seorang anak kepada seorang ibu. Tiga romo ini tampak setia menemani ibu mereka menjalani hari-hari tuanya.
Romo Brito menulis, “Saat ini, Doña Inés berusia 87 tahun, menderita demensia dan sama sekali tidak sadarkan diri. Putra-putranya yang menjadi pendeta merawatnya dengan penuh cinta, dedikasi, dan kasih sayang.”
“Mereka berdoa bersamanya setiap hari, sehingga membalas cinta dan perhatian yang ditunjukkannya untuk setiap panggilan mereka.”
“Ini adalah kesaksian ini indah dan mengharukan. Ini sebuah contoh dari “cinta bakti dan dedikasi seorang romo.”
Ulang tahun ibu
Dua tahun lalu, 2023, saat merayakan ulang tahun ibunya yang ke-85, Romo Silvano membagikan sebuah video di media sosial.
Dalam unggahan itu, ia bersama dua saudaranya mengungkapkan rasa terima kasih mereka atas teladan hidup dan iman ibu mereka, Doña Inés.
“Keluarga kami dipenuhi dengan sukacita karena ibu kami, Inés, merayakan ulang tahunnya yang ke-85 hari ini. Ini adalah hari untuk bersyukur, merayakan, dan berdoa”.
“Terima kasih, Ibu, karena telah berkata ya untuk hidup kami. Kami juga berterima kasih kepada semua orang yang, dengan satu atau lain cara, telah membuat hidup ibu kami menjadi mungkin”.
“Ya, Ibu, Anda adalah tanda kasih Tuhan yang nyata. Anda membuat kami memahami kerapuhan hidup tetapi juga kekuatan keinginan untuk hidup”.
“Hari ini, kita merayakan kehidupan yang melampaui kesadaran akan keberadaan dan menjadi kenyataan dalam cinta, yang disampaikan melalui tatapan matamu, tanganmu yang menggenggam tangan kami, ciumanmu yang penuh rasa syukur, dan bibirmu yang mengucapkan kalimat: ‘Tetaplah bersamaku’”.
