Katolikpedia.id – Kreasi pohon natal dari botol plastik bekas menghiasi Gereja St Yoseph Palembang, Sumatera Selatan. Pohon natal untuk Hari Raya Natal 2023 itu tersebut dari ratusan botol plastik bekas.
Pembuatan pohon natal dari bahan bekas tersebut ingin mencerminkan sikap umat Gereja St Yoseph Palembang dalam hal gerakan melestarikan lingkungan.
Gerakan memperhatikan lingkungan ini layak menjadi gerakan bersama semua Gereja Katolik di seluruh dunia, sebagaimana diamanatkan Paus Fransiskus dalam ensikliknya, Laudato Si.
Melalui ensiklik tersebut Bapa Suci Paus Fransiskus menunjukan sikapnya yang sangat jelas di mana semua umat diimbau untuk turut menjaga alam.
Dan, kegiatan kreatif seperti membuat pohon natal dari bahan layak pakai tersebut adalah salah satu caranya. Di mana masyarakat dapat menggunakan barang-barang yang masih layak pakai untuk mengkreasikan hal-hal berguna.
RD Gono Pratowo didampingi Sujadiyanto dan Jimmyanto menjelaskan, pohon natal yang terpajang di Gereja St Yoseph Palembang ini terbuat dari ratusan botol plastik bekas. Botol-botol tersebut dirangkai pada rangka besi hingga membentuk kerucut setinggi dua meter.
Kemudian, pada pohon natal tersebut dililit lampu hias. Pada bagian atasnya diletakkan hiasan bintang. Pohon natal ini sengaja dibuat tinggi agar umat yang melintas di jalan bisa melihatnya.
Komunitas Garam
Terkait gerakan melestarikan alam, Koordinator Gerak Alam Ragi Masyarakat (Garam) Paroki Santo Yoseph Palembang, Romo Ignatius Sukari menjelaskan bahwa ini adalah salah satu bentuk kepedulian umat kepada lingkungan.
Isu perubahan iklim yang mengancam, seperti kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan bencana, banjir, dan global warming perlu mendapatkan atensi dari kita smeua.
Sejauh ini, Komunitas GARAM sudah ikut melestarikan alam melalui kegiatan-kegiatan konkret.
“Komunitas GARAM punya target untuk melestarikan alam dan menjadi contoh bagi yang lain. Tindakan kecil yang bisa dilakukan, nantinya menjadi gerakan bersama di masyarakat,” ujar Romo Sukari.
Salah satu gerakan cinta alam yang selama dilakukan oleh Komunitas GARAM adalah mengumpulkan barang-barang bekas atau barang-barang daur ulang kemudian diolah untuk menjadi barang-barang yang masih bisa dipakai.
Menurutnya, saat ini yang paling menggelisahkan kita adalah sampah-sampah yang sulit terurai seperti plastik, botol-botol minuman, ember bekas.
Barang bekas tersebut bisa dititipkan ke Komunitas GARAM. Mereka bisa mengubahnya menjadi kerajinan, pot untuk media tanam dan hiasan lainnya.
Terbaru:
- Harapan Besar IKDKI Saat Ulang Tahun Ke-5
- Musik Etnik Jadi Musik Liturgi Gereja Katolik, Apa Bisa?
- LP3KN Menyusun Program Kerja 2025
- Tahun Yubileum sebagai Simbol Pembebasan dan Penghiburan
- Pesta Demokrasi dalam Pemilihan Ketua dan Wakil Senat Mahasiswa Kampus