Katolikpedia.id – Tahun ini merupakan kenangan tahun kesembilan 21 martir Mesir. Untuk mengenang pengorbanan tersebut, diadakanlah sebuah perayaan ekumenis di Vatikan.
Perayaan ekumenis untuk mengenang 21 martir Mesir tersebut digelar di Basilika Santo Petrus pada 15 Februari 2024 lalu.
Peringatan tersebut bertepatan dengan tanggal di mana 20 pekerja Mesir dan seorang warga Ghana dieksekusi mati oleh teroris ISIS, di pantai Libya.
Nama ke-21 martir tersebut adalah Milad, Abanub, Maged, Youssef, Kirollos, Bishoy, Samuel, Malak, Tawadros, Gerges, Mina, Hany, Samuel, Ezzat, Luka, Gaber, Essam, Malak, Sameh, Gerges, dan Matthew.
BACA: Panduan Novena Kepada St Keyetanus
Ke-21 martir ini merupakan umat Ortodox Koptik Mesir. Dan, Gereja Ortodox Mesir mengakui ke-21 orang yang mengorbankan hidupnya demi membela imannya ini hanya enam hari setelah mereka dibantai secara keji oleh ISIS. Mereka diangkat menjadi martir.
Gereja Katolik Roma, baru 2023 kemarin. Pengakuan tersebut disampaikan langsung oleh Paus Fransiskus kepada Paus Koptik Tawadros II saat mereka berjumpa di Vatikan.
Maka, 15 Februari kemarin peringatan akan 21 martir Mesir tersebut juga diperingati oleh Gereja Katolik Roma.
Ekumene dua Gereja
Peringatan para martir ini juga menjadi kesempatan untuk terus memperbaiki hubungan baik antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodox Mesir.
Karena itu, boleh dikatakan bahwa ke-21 martir Mesir tersebut menjadi penunjang tumbuhnya hubungan baik tersebut. Maka perayaan kemarin adalah yang pertama kalinya dirayakan secara ekumenis.
Apalagi, perayaan tersebut dilaksanakan di Vatikan. Ini merupakan tanda kemajuan dalam memperbaiki hubungan antara dua Gereja ini.
Prefek Dikasteri untuk Mempromosikan Persatuan Umat Kristiani, Kardinal Kurt Koch mewakili Paus Fransiskus memimpin langsung upacara peringatan ini.
BACA JUGA: Doa Melawan Kuasa Gelap
Pada kesempatan tersebut ia menjelaskan, kemartiran adalah saksi tertinggi dari cinta dan tentu saja menjadi teladan hidup yang sangat besar bagi kita semua.
“Sama seperti Gereja mula-mula yang yakin bahwa darah para martir akan menjadi benih umat Kristiani yang baru, demikian pula saat ini kita dapat memupuk harapan, dalam iman, bahwa darah dari begitu banyak martir di zaman kita suatu hari nanti akan menjadi sebuah benih kesatuan ekumenis penuh dari Tubuh Kristus, yang terluka oleh begitu banyak perpecahan,” katanya.