Katolikpedia.id – Inilah romo pertama dari Keuskupan Maumere yang raih gelar doktor dari UI atau Universitas Indonesia. Namanya Romo Wilfrid Valiance.
Buat kamu yang aktif di media sosial TikTok, seharusnya pernah melihat wajah Romo yang satu ini. Tahun kemarin, Romo Wilfrid sempat viral dengan kotbahnya yang mengundang tawa umat.
Namun, di balik sosok yang humoris itu, ternyata ia adalah pribadi yang ulet dan pandai. Buktinya, awal Januari 2024 lalu, ia berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka di Kampus Depok, Universitas Indonesia.
BACA: Sosok Pemeran Yesus dalam Film “The Chosen”
Dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor tersebut, Romo Wilfrid mempertahankan disertasinya yang judul “Soft Movement Kebangsaan: Gerakan Sosial Politik Keuskupan Agung Jakarta”.
Promotor untuk sidang doktoralnya itu adalah Prof. Dr. Iwan Gardono Sudjatmiko dan Kopromotor Prof. Francisia Saveria, Sika Ery Seda, M.A. Ph.D.
Imam pertama Keuskupan Maumere ini menggarap disertasi untuk tema ini karena menurutnya, pastoral di bidang politik belum digarap secara maksimal.
Soft movement
Ia menjelaskan bahwa ia sudah memeriksa dengan teliti hasil Sinode dan Arah Dasar Pastoral di beberapa keuskupan seperti Maumere, Denpasar, Semarang, Jakarta dan lainnya. Hampir semua merumuskan problem pastoral yang yang sama.
“Tetapi baru Keuskupan Agung Jakarta, pada era Ignatius Kardinal Suharyo, saya menemukan hasil-hasil sinode dan Arah Dasar Pastoral dikelola sebagai gerakan sosial,” ujarnya
Soft movement, menurut doktor sosiologi yang meyelesaikan Master di Universitas Indonesia tahun 2016 ini, hampir tidak ditemukan dalam literatur gerakan sosial. Melalui disertasi yang digarapnya ia memperkenalkan kebaruan (novelty) teoritik.
Studi-studi gerakan sosial, paling umum membahas hard movement, yaitu gerakan sosial melalui kritik terbuka, protes, demonstrasi dan aksi jalanan.
BACA JUGA: Apakah Benny Susetyo Masih Dipanggil Romo?
Gereja Katolik di negara-negara mayoritas Katolik pun umumnya menempuh hard movement, seperti gerakan yang diinspirasi Teologi Pembebasan di Amerika Latin atau People Power di Filipna.
Padahal, menurutnya, studi-studi terbaru lebih membahas soft pressure, bukan soft movement.
Ia lalu memberi contoh. Misalnya, soft pressure melalui hastag dan tagar Instagram atau Twitter. Bentuk lain adalah soft pressure oleh top leader kharismatik.
Dengan disertasi dan pemikirannya tersebut, diharapkan Romo Wilfrid dan juga Gereja Katolik dapat menemukan cara yang tepat untuk terlibat secara aktif dalam dunia politik melalui gerakan-gerakan sosial.