Katolikpedia.id – Mereka dicap gereja pengemis, lantaran umat mengumpulkan dana untuk pembangunan gereja dengan cara bekerja di ladang orang lain. Upah yang mereka terima, disumbangkan untuk pembangunan gereja.
Saat musim tanam atau panen kebun tiba, umat bekerja dari satu ladang ke ladang lain. Uang yang mereka dapat, dikumpulkan untuk membangun tempat ibadah yang layak.
Kenyataan itu membuat masyarakat sekitar menyematkan predikat ‘gereja pengemis’ atau ‘gereja kuli’ kepada umat Kapela St Zakarias Neo, Putain.
“Tapi untuk kami tidak masalah. Meski mereka sebut kami gereja kuli atau pengemis, kami tetap mencari dana dengan bekerja keras untuk bangun kami punya gereja,” ujar Marselinus Li’i, Ketua Kapela St Zakarias Neo.
Sebagian umat kami, ia melanjutkan, sedang merantau di Kalimantan dan Malaysia. Mereka bekerja di sana. Setiap bulan, mereka mengirim sebagian dari penghasilan mereka sebagai persembahan untuk pembangunan gereja ini.
“Kami punya data umat kami yang merantau di luar pulau Timor. Mereka jauh dari kami tapi kami tetap satu semangat, saling mendukung supaya kami punya gereja yang layak”.
Gereja St Zakarias Neo
Gereja Katolik St Zakarias Neo adalah sebuah kapela kecil yang terletak di pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Gereja ini berada di bawah reksa pastoral Paroki St Columba Putain.
Akses menuju gereja cukup sulit, lantaran kondisi jalan ke sana masih jauh dari layak. Perjalanan dari Soe – Ibukota Kaupaten TTS – ke Putain butuh waktu sekitar empat jam. Sementara dari Kupang – Ibukota Provinsi NTT – menuju Soe, sekitar tiga jam.
Tidak sampai di situ saja. Dari pusat Paroki ke Kapela ini juga butuh waktu sekitar 20-30 menit. Itu pun kondisi jalan sangat memprihatikan. Umat kalau mau ikut Misa di paroki harus berjalan kaki melewati sungai tanpa jembatan.
Kondisi fisik Gereja Neo sendiri jauh dari layak. Setengah dinding gereja terbuat dari bebak. Setengahnya lagi tembok, namun sudah pecah-pecah dan kusam termakan usia. Kayu di langit-langit tampak lapuk dan seng yang dipakai atap pun sudah karatan. Tampak bangunan ini sudah cukup lama.
Tidak ada yang istimewa di bagian interior gereja. Tidak lebih dari 30 kursi plastik menghiasi sisi dalam gereja, ditambah bangku panjang sederhana. Altar terbuat dari meja kayu berukuran kecil, Patung Bunda Maria hanya ditempatkan di atas kursi plastik, serta Stasi Jalan Salib yang sudah sobek dan kusam.
Gereja ini dibangun pada 1 Agustus 1968. Kini umat Kapela St Zakarias berjumlah 58 Kepala Keluarga dan terdiri dari 272 jiwa.
Bantuan Jala Kasih
Saat ini, umat Kapela St Zakarias Neo sedang bekerja keras mengumpulkan dana untuk membangun gereja yang baru, di lokasi yang sama.
Kepala Paroki St Columba Putain, Romo Patrisius Tampani menjelaskan, dengan segala keterbatasan umat bekerja keras untuk membangun rumah ibadah yang layak.
“Meski mereka kekurangan, tapi semangat mereka untuk membangun rumah Tuhan sangat luar biasa. Maka saya sebagai Pastor Paroki berusaha untuk membantu mereka,” kata Romo Patris.
Jika hanya mengandalkan kekuatan umat, menurut Romo Patris, akan sulit dan butuh waktu yang sangat lama. Saya melihat mereka sudah berjuang maksimal, namun mata pencaharian mereka yang rata-rata pekerja kebun tadah hujan, tidak bisa diandalkan.
“Saya harus mencari bantuan dari luar,” ujarnya.
Gayung bersambut. Jala Kasih yang berada di bawah naungan Yayasan Vinea Dei merespon keluh-kesah dan harapan umat Katolik St Zakarias Neo.
Saat ini, Jala Kasih sementara menjalankan fundraising untuk membantu pembangunan Gereja St Zakarias Neo. Kita semua diajak untuk ikut berpartisipasi dengan membagikan sebagian rejeki kita untuk pembangunan Gereja St Zakarias Neo.
Donasi dapat disalurkan melalui:
BCA 2761 6363 93 an. Yayasan Vinea Dei
Mandiri 123 00 0753659 4 an. Yayasan Vinea Dei