Katolikpedia.id – Beberapa foto yang memperlihatkan seorang imam sedang diborgol oleh beberapa polisi viral di media sosial.
Dari sejumlah foto yang bertebaran di instagram, terlihat imam tersebut diborgol dan diseret oleh dua orang polisi dan dibawa masuk ke dalam mobil keamanan.
Setelah Katolikpedia menelusuri, ternyata nama imam ini adalah Pastor Fidelis Moscinski, CFR. Ia adalah imam asal New York, Amerika Serikat.
Dilansir dari wkyc.com, Pastor Fidelis ditangkap bersama tiga rekannya yang berasal dari kalangan awam. Mereka adalah Laura F. Giles (Pennsylvania), Audrey S. Whipple (Michigan) dan Clara S. McDonald (Brooklyn).
Pastor Fidelis dan rekan-rekannya ditangkap pihak kepolisian karena berusaha menentang tindakan aborsi yang terjadi di Ohio, Amerika Serikat.
Baca Juga: Tiago Varanda, Imam Tunanetra dengan Kesaksian Iman yang Mengagumkan
Kronologi Kejadian
Kejadian bermula dari aksi yang dilakukan Pastor Fidelis dan beberapa orang yang bergabung dalam komunitas Red Rose Rescue, yang sedang berjuang untuk menentang tindakan aborsi di Ohio, Amerika Serikat.
Pastor Fidelis dan anggota komunitas Red Rose Rescue mendatangi klinik Northeast Ohio Women’s Center, sebuah klinik yang secara terbuka melayani tindakan aborsi. Tujuan utamanya adalah untuk menemui sejumlah perempuan yang sudah dijadwalkan untuk menjalankan aborsi.
Selain membujuk para perempuan ini untuk memikirkan kembali keputusan mereka, Pastor Fidelis dan rekan-rekannya juga memberikan mawar merah dan sebuah kartu berisi pesan bahwa manusia diciptakan untuk saling mencintai.
“Kita diciptakan untuk mencintai dan dicintai … Kebaikanmu lebih besar daripada situasi sulit yang kamu alami saat ini. Keadaan dalam hidup pasti akan berubah. Sebuah kehidupan baru, sekecil apapun itu akan membawa janji sukacita yang tidak dapat diulang,” kurang lebih inilah isi pesan positif yang dibagikan Pastor Fidelis Moscinski, CFR dan rekan-rekannya sepanjang aksi mereka.
Rupanya tindakan Pastor Fidelis dan rekan-rekannya ini tidak disukai oleh pemilik klinik Northeast Ohio Women’s Center.
Mereka menganggap, aksi ini mengganggu aktivitas mereka. Dengan alasan inilah pihak klinik menelpon pihak kepolisian dan mengajukan tuntutan.
Diberitakan bahwa, ketika polisi setempat tiba di lokasi kejadian, polisi meminta Pastor Fidelis dan rekan-rekannya untuk menghentikan aksi mereka dan meninggalkan klinik.
Namun, mereka menolak. Karena alasan inilah para polisi menangkap Pastor Fidelis, memborgol tangannya dan menyeretnya keluar untuk diamankan.
Pastor Fidelis dan tiga rekannya akan diadili di Pengadilan Negeri Stow. Jika terbukti bersalah, mereka masing-masing menjalani hukuman maksimum 1 bulan penjara, dan denda sebesar $500, atau jika dirupiahkan sekitar 7 juta.
Baca Juga: Sakit Leukimia, Paus Fransiskus Setuju Pastor Livinus Ditahbiskan di Rumah Sakit
Komunitas Red Rose Rescue
Komunitas Red Rose Rescue selama ini adalah salah satu komunitas yang cukup vokal menentang tindakan aborsi di Ohio, Amerika Serikat.
Aksi nyata mereka adalah menemui para perempuan yang hendak mendatangi klinik aborsi untuk menggugurkan bayi mereka.
Bagi mereka, kehidupan adalah untuk mencintai dan dicintai. Maka setiap kehidupan itu adalah sebuah sukacita yang harus disyukuri, bukan dimusnahkan.
Di balik aksi penangkapan ini, para penggerak komunitas Red Rose Rescue juga meminta kepada siapapun untuk mendukung aksi mereka dengan doa, karena aborsi merupakan tindakan yang keji.
“Berdoalah terutama bagi mereka yang melakukan tindakan aborsi, dan mereka yang melakukan kejahatan keji terhadap kemanusiaan ini.”
Monica Migliorino Miller, direktur Citizens for a Pro-Life Society yang telah berpartisipasi dalam Red Rose Rescues, menjelaskan: “The Red Rose Rescue adalah tindakan amal untuk wanita yang merasa, untuk alasan apa pun; mereka harus membunuh anak-anak mereka yang belum lahir yang tidak bersalah.”
Meneladani spirit Bunda Teresa, Monica Migliorino Miller bertekat bahwa ia dan rekan-rekannya akan terus mendatangi klinik-klinik aborsi dan berusaha menghadirkan harapan, kedamaian sejati, dan hadirat Tuhan di kehidupan mereka.
- Musik Etnik Jadi Musik Liturgi Gereja Katolik, Apa Bisa?
- LP3KN Menyusun Program Kerja 2025
- Tahun Yubileum sebagai Simbol Pembebasan dan Penghiburan
- Pesta Demokrasi dalam Pemilihan Ketua dan Wakil Senat Mahasiswa Kampus
- Lebih Dekat dengan Uskup Baru Keuskupan Surabaya