Katolikpedia.id – Pater Leo Kleden, imam SVD menyampaikan permohonn maaf mewakili para imam kepada seluruh umat, para biarawan biarawati dan karyawan-karyawati yang hadir.
Permohonan maaf ini disampaikan dalam kotbah perayaan Jumat Agung di Kapela Agung Seminari tinggi St. Paulus Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
Dalam kotbahnya, Pater Leo mengajak umat untuk merefleksikan beberapa tokoh yang berperan dalam peristiwa penyaliban Yesus.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Katholik Ledalero ini menyadari bahwa Kayafas adalah salah satu tokoh yang mewakili tokoh agama yang kurang melayani umatnya dengan baik. Karena itu imam SVD itu dengan hati terbuka mengakui kekurangannya.
“Pada kesempatan ini saya juga mewakili tokoh kayafas meminta maaf apabila pelayanan kami sebagai pemimpin agama kurang melayani dengan baik, atau kurang berkenan, kami mohon maaf,” Pater Leo Kleden.
Permohonan maaf itu menyentuh hati umat. Mereka yang hadir serentak merasa kagum, atas keberanian dan kebesaran hati Pater Leo Kleden. Apa yang dilakukan Pater Leo Kleden menunjukkan sikap kerendahan hati seorang gembala di hadapan umatnya.
Ibadat Jumat Agung di Kapela Seminari tinggi St. Paulus Ledalero berlangsung dengan sangat kondusif, sayangnya sedikit berbeda dari biasanya.
Tahun ini salah satu ritual kecup salib ditiadakan. Hanya ada penghormatan salib, Ini berbeda dengan tahun-tahun sebelum Covid-19 melanda negeri ini, di mana umat satu per satu diperbolehkan mencium korpus salib.
Meski sedikit berbeda, ini tidak mengurangi esensi dan makna Jumat Agung yang sesungguhnya.
Rintik hujan yang sedang membasahi Bukit Ledalero saat itu, menambah khusyuk suasana ibadat di dalam kapela. Umat benar-benar dengan hening menghayati tiap potongan kisah sengsara Yesus hingga wafat di salib.
Ditulis oleh: Frater Yohan Mataubana SVD