Katolikpedia.id – Dalam semangat evangelisasi dan misioner Gereja, pada 19 Maret 2022 lalu, Hari Raya Santo Yosef, Paus Fransiskus mengumumkan dokumen Konstitusi Apostolik Praedicate Evangelium (PE) yang menguraikan tentang reformasi Kuria Roma dan pelayanannya kepada Gereja di dunia saat ini.
Dokumen ini akan mulai berlaku pada Hari Raya Pentekosta, 5 Juni 2022. Hadirnya dokumen PE ini sekaligus mencabut (abroga), reformasi Kuria Roma yang ada pada Konstitusi Apostolik Pastor Bonus (PB) dari Yohanes Paulus II, 28 Juni 1988.
Pada bagian pembukaan dokumen ini terungkap niat Paus Fransiskus untuk perubahan ini yakni “untuk lebih menyelaraskan pelaksanaan pelayanan Kuria hari ini dengan jalan evangelisasi yang sedang dialami Gereja, khususnya pada masa kini” (n.3).
Mengutip ungkapan “Pertobatan Misionaris” yang ada pada Evangelii Gaudium (24 November 2013), Paus Fransiskus ingin menempatkan tarikan nafas yang tepat dalam membaca dan memahami secara menyeluruh spirit dari perubahan yang ada pada dokumen baru ini.
Paus Fransiskus ingin mengajak kita untuk memandang reformasi Kuria Roma ini dalam konteks yang lebih luas dari reformasi Gereja, yaitu pertobatan menuju semangat misionaris (Preambule n. 3). Paus juga pernah dalam kesempatan pidatonya di Kuria Roma pada 21 Desember 2019, mengatakan bahwa “inti tugas dalam sebuah reformasi struktural adalah evangelisasi”.
BACA: Opus Dei: Satu-satunya Prelatur Personal?
Sebenarnya ada banyak hal menarik yang terkandung dalam dokumen PE ini, tapi kali ini, kita hanya melihat perubahan yang terjadi pada Struktur Kuria Roma. Tapi pertama-tama perlu kita tahu dulu apa itu Kuria Roma. Kanon KHK 360 bisa membantu kita untuk memahaminya.
Dalam Kan. 360 muncul satu karakter dari Kuria Roma yakni karakter instrumental. Dalam artian bahwa Kuria Roma tugasnya membantu Paus dalam urusan-urusan Gereja seluruhnya, atas namanya dan dengan kuasanya memenuhi tugas demi kesejahteraan dan pelayanan gereja.
Struktur Kuria Roma
Pertama-tama, harus dicatat bahwa di dalam Pastor Bonus (PB), di bawah sebutan nama “dikasteri” ada Sekretariat Negara, ada Kongregasi-kongregasi, ada Tribunal-tribunal, Dewan-dewan dan Kantor-kantor (PB, art.2§1); sebaliknya dalam Praedicate Evangelium (PE) kita bisa temukan Sekretariat Negara, Dikasteri, Badan-badan dan Kantor-kantor (PE art. 12§1).
Dalam PE, Sekretariat Negara tidak lagi termasuk di antara Dikasteri, dan perbedaan antara Kongregasi dan Dewan Kepausan, yang ditemukan di PB, sudah tidak ada atau ditemukan lagi pada PE. Kebaruan lainnya adalah soal urutan dikasteri yang, dalam beberapa hal, berbeda dari PB.
Dalam dokumen PE ini, Dikasteri untuk Evangelisasi ditempatkan setelah Sekretariat Negara. Kemudian diikuti oleh Dikasteri untuk Ajaran Iman, di mana disinilah Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak di Bawah Umur ada dan bernaung.
Setelah Dikasteri untuk Ajaran Iman, pada tempat yang ketiga ada Dikasteri untuk Pelayan Amal-Kasih, yang bisa saja menarik perhatian kita dan memunculkan alasan bahwa pewartaan dan pengakuan iman yang baik harus menjadi sebuah karya amal-cinta kasih.
Yang juga menjadi catatan menarik disini adalah Dikasteri untuk Evangelisasi diketuai (Prefek) langsung oleh Paus dan Prefek Kardinal yang sekarang sebagai seorang Pro-Prefek. (art. 54). Dikasteri untuk Evangelisasi juga menjadi penyatu dari Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa (Propaganda Fide) dan Dewan Kepausan untuk Evangelisasi Baru.
Selanjutnya ada Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur; Dikasteri untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen-sakramen; Dikasteri untuk Penganugerahan Gelar Orang-Orang Kudus; Dkasteri untuk Para Uskup; Dikasteri Untuk Para Imam; Dikasteri untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan; Dikasteri untuk Kaum Awam, Dikasteri untuk Keluarga dan Kehidupan; Dikasteri untuk memajukan Persatuan Krsitani; Dikasteri untuk Dialog Antaragama; Dikasteri untuk Kebudayaan dan Pendidikan (disini ada penggabungan menggabungkan keterampilan Dewan Kepausan untuk Kebudayaan dan Kongregasi untuk Pendidikan Katolik); Dikasteri untuk pelayanan pengembangan kemanusiaan yang integral (ada penyatuan Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, “Cor unum”, Dewan Kepausan untuk Pelayanan Pastoral bagi Para Migran dan Pengungsi dan Dewan Kepausan untuk Pelayanan Pastoral bagi Pekerja Kesehatan); Dikasteri untuk Teks-teks Legislatif; dan Dikasteri untuk komunikasi. Bila dibandingkan dengan Pastor Bonus, ada 21 baik itu Kongregasi dan Dikasteri, kini dengan PE, ada 16 dikasteri dan nama Kongregasi tidak lagi digunakan. Dan dengan adanya penyatuan beberapa dewan kepausann, diharapkan akan mengarah pada penyederhanaan pekerjaan yang efisien dan efektif.
Dokumen PE kemudian berbicara tentang Badan-badan Keadilan yang didalamnya ada: Lembaga Penitensial Apostolik (Apostolic Penitentiary), Mahkamah Agung Signatura Apostolik (The Supreme Tribunal of the Apostolic Signatura) dan Pengadilan Rota Romana.
Adapula Badan-badan Ekonomi, antara lain: Dewan ekonomi; Sekretariat Perekonomian; Administrasi Harta Benda Takhta Apostolik (Apsa); Kantor Auditor Jenderal; Komisi tentang Masalah Rahasia; Komite Investasi.
Bila dulu di PB ada 3 Badan, kini dengan PE menjadi 6. Sedangkan untuk Kantor-kantornya adalah: Prefektur rumah tangga kepausan; Kantor untuk Perayaan Liturgi Kepausan; Kantor Camerlengo dari Gereja Kudus Roma. Bila di PB, Kantor-kantor ini disebut dengan nama”Badan-badan Lain dari Kuria Roma” dan ada 2, kini dengan PE menjadi 3. Menutup ulasan singkat ini, kembali saya mengutip kata-kata dari Paus Fransiskus dalam pidatonya di Kuria Roma pada 21 Desember 2019: “Reformasi struktural, kata Paus, ingin “memastikan bahwa mereka semua menjadi lebih misionaris”; oleh karena itu “pertobatan pastoral” diperlukan disini”.