Katolikpedia.id
Berita Motivasi

Derita Tumor Otak, Gadis Cantik ini Persembahkan Rasa Sakitnya Untuk Gereja dan Para Imam

teresita-Castillo-de-Diego

Katolikpedia.id – Spirit hidup Carlo Acutis, orang kudus muda yang proses beatifikasinya viral beberapa waktu lalu membawa dampak besar bagi muda-mudi Katolik zaman now. Teresita Castillo adalah salah satunya.

Sama seperti Carlo, gadis cantik ini juga meninggal di usia muda, 10 tahun. Tumor otak adalah penyebab utama kepergiannya pada 7 Maret 2021 lalu.

Teresita, begitu sapaan akrabnya mengagumi Carlo sebagai sosok panutan. Kesaksian iman Carlo yang tangguh memotifasi Teresita agar terus mencintai Yesus di tengah masa-masa sulitnya, hingga akhir hayat.

Berikut adalah kisah perjalanan hidup Teresita. Singkat tapi bermakna!

#Menjadi Misionaris

Beberapa hari sebelum tutup usia, Teresita berbagi cerita tentang keinginannya untuk menjadi misionaris kepada Pastor Ángel Camino Lamela.

Berdasarkan pengakuan Pastor Camino, ia berkenalan dengan Teresita di Rumah Sakit Universitario La Paz, Madrid, Spanyol, beberapa hari sebelum Teresita menjalani operasi tumor otak.

“Kami tiba di ICU dan saya menyapa para dokter dan perawat, lalu mereka membawa saya ke Teresita, dan ibunya Teresa, yang saat itu tengah berada di samping tempat tidurnya”ujar Pastor Camino.

Kepada Imam yang adalah vikaris Keuskupan Agung Madrid itu, Teresita Castillo mengutarakan, betapa ia sangat mencintai Yesus. Mimpi terbesarnya adalah menjadi seorang misionaris.

Teresita tahu bahwa mimpi itu memang sulit untuk diwujudkan, tapi ia percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya.

Tersentuh dengan pengakuan itu, Pastor Camilo langsung mewujudkan keinginan Teresita Castillo.

“Teresita, sekarang saya menjadikan Anda misionaris Gereja, dan saya akan membawakan Anda dokumennya dan salib misionaris,” ujar Pastor Camilo mengenang percakapannya dengan Teresita beberapa waktu lalu.

Usai mengabulkan keinginannya, Pastor Camilo memberikan Sakramen Minyak Suci kepada gadis pemilik nama lengkap Teresita Castillo de Diego itu.

“Itu adalah doa yang khusyuk, sederhana tetapi sangat istimewah. Beberapa perawat bergabung dengan kami dan secara spontan mengambil beberapa foto kami… yang akan tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kami mengucapkan selamat tinggal saat dia dan ibunya berdoa dan mengucap syukur.” lanjut Pastor Camilo sambil merenung.

Pagi harinya di vikariat, Romo Camino mengesahkan dokumen resmi yang menjadi bukti bahwa Teresita adalah misionaris Katolik. Dia kemudian kembali ke RS untuk menyerahkan dokumen beserta salib misionaris itu.

teresita-Castillo-de-Diego
(Foto: Catholicnewsagency.com)

Saking bahagianya, Teresita meminta ibunya untuk menggantung salib tersebut di samping ranjang tempat ia berbaring.

Tujuannya cuma satu, agar dirinya bebas melihat wajah Yesus selama masa-masa sulitnya di rumah sakit.

“Besok ketika saya menjalankan operasi, saya akan membawa salib ini ke ruang operasi, karena sekarang saya sudah resmi menjadi seorang misionaris. “

#Mencintai Ekaristi sejak usia dini

Dilansir dari Catholicnewsagency.com, Teresita Castillo de Diego adalah gadis berdarah Siberia. Dia diadopsi oleh Teresia pada usia 3 tahun. Sejak saat itu, ia pindah ke Spanyol dan menetap di sana.

Teresita-Castillo-de-Diego
(Foto: elconfidencialdigital.com)

Dari penuturan Teresia, putrinya itu sudah memiliki kehidupan spiritual yang kuat sejak usia muda. Misa pagi dan Ekaristi adalah hal favorit yang selalu dirindukannya setiap hari.

#Memohon perantaraan Carlo Acutis

Tumor di otak Teresita pertama kali terdeteksi pada 2015 lalu. Operasi awal dan kemoterapi berhasil, dan ia dinyatakan sembuh. Namun, pada 2018 akar penyakit mematikan itu kembali menjalar.

Ia sempat menjalani pengobatan di Swiss. Pada Januari 2021, kondisi tubuhnya semakin memburuk. Dia kembali dilarikan ke rumah sakit.

Dalam keadaan tak berdaya itu, Teresita berdoa melalui perantaraan Carlo Acutis. Dia juga mempercayakan dirinya kepada Venerabilis Montse Grases, orang kudus muda asal Barcelona yang juga meninggal akibat kanker tulang.

#Penderitaan bertubi

11 Januari 2021 lalu, Teresita dijadwalkan akan menjalani operasi lanjutan. Tapi, setelah menjalani proses pemeriksaan, ternyata penyakit lain bermunculan. Dia didiagnosa menderita hidrosefalus atau penumpukan cairan di otak.

Belum juga ada tanda-tanda kesembuhan, Teresita lagi-lagi diserang Covid-19. Sang ibu yang merawatnya pun ikut terinfeksi.

Saat sedang berjuang mati-matian untuk melawan Covid-19, tumor ganas di dalam tubuhnya semakin menemukan cela untuk berkembang dan menyerang organ tubuh lain. Teresita benar-benar kesakitan. Ia kritis.

#Mempersembahkan rasa sakit untuk Gereja dan para imam

Dalam keadaan tidak berdaya itu, ia mempersembahkan segala rasa sakitnya untuk Gereja dan para Imam. Katanya, itu bentuk cintanya kepada Yesus yang wafat di salib.

 “Saya mempersembahkan penderitaan saya ini untuk mereka yang sedang sakit, untuk Gereja dan para imam,” ujar Teresa mengenang momen-momen terakhir bersama putrinya.

Pada 7 Maret 2021, pukul 9 pagi waktu setempat, Teresita menghembuskan nafas terakhir. Dia dimakamkan keesokan harinya.

Kisah Teresita Castillo de Diego cukup viral di Keuskupan Agung Madrid. Pada prosesi pemakamannya, Kardinal Carlos Osoro, Uskup Agung Madrid, turut hadir menyaksikan kepergian misionaris tangguh itu.

Mari, kita doakan Teresita agar jiwanya boleh menikmati kebahagiaan kekal di rumah Bapa di surga.

Berita Terkait:

Mengapa Para Kardinal Harus Mempunyai Gereja di Roma?

Dr. Doddy Sasi CMF

Menuju Temu Akbar 2024, OMK Keuskupan Sintang Ngumpul Lagi

Redaksi

Memahami Perkawinan Campur dalam Gereja Katolik

Dr. Doddy Sasi CMF
error: Content is protected !!