Katolikpedia.id – Paus Fransiskus telah menetapkan tanggal 15 Mei 2022 untuk mengkanonisasi 10 beato. Beato Justin Maria Russolillo (Giustino Russolillo) menjadi salah satu kandidat dari kesembilan beato yang akan dikanonisasi.
Kesembilan beato diantaranya: Lazzaro Devasahayam, César de Bus, Luigi Maria Palazzolo, Charles de Foucauld, Maria Francesca di Gesù, Maria Domenica Mantovani, Titus Brandsma, Maria Rivier dan Maria di Gesù Santocanale.
Lalu, siapa itu Beato Justin Maria Russolillo?
Beato Justin Russolillo atau yang juga dikenal Giustino Russolillo, akan dikanonisasi menjadi rasul untuk panggilan. Predikat ini sesungguhnya lahir dari misi terbesar Beato Justin yang telah mendirikan konggregasi Society of Divine Vocations (SDV) atau Serikat Panggilan Ilahi.
Baca Juga: Mengenal Vokasionis, Kongregasi yang Didirikan Beato Justin Maria Russolillo
Beato Justin lahir dan dipanggil untuk membantu setiap orang agar menemukan panggilan mereka. Sebab manusia hanya menemukan keutuhan dalam hidup, jika ia menemukan dan mengikuti panggilannya.
Oleh karena itu, Beato Justin dalam seluruh hidupnya; dalam setiap aktifitas, setiap pelayanan dan setiap pilihan hidup dilihat sebagai sebuah panggilan.
Kemuliaan Sejati bagi Gereja Katolik
Pada malam kelahiran Beato Justin, tepat pada tanggal 17 dan 18 Januari 1891, Bunda Maria menampakan diri kepada Pater Salvatore De Fusco, seorang imam di Pianura, Napoli, Italia yang hampir meninggal dan mengatakan “jangan takut, kamu akan sembuh karena hari ini lahir seorang bayi di Pianura yang akan dipanggil Giustino dan akan menjadi kemuliaan bagi Gereja Katolik”.
Beato Justin menjadi kemuliaan bagi Gereja sejagat dengan menghadirkan dua konggregasi, yakni Vokasionis pater dan suster. Selain itu, ia juga mendirikan sebuah perkumpulan kaum awam seturut hidup bakti para rasul demi pengudusan universal.
Semua dikagumi dan diilhami oleh karisma Beato Justin yang berkomitmen untuk mencari dan membentuk panggilan secara gratis untuk kehidupan religius dan imamat.
Beato Justin mempersiapkan panggilan dan mengarahkan setiap orang ke mana Tuhan memanggil mereka. Dia tidak menekan kaum muda untuk menjadi seorang Vokasionis. Ia memahami bahwa yang memanggil adalah Tuhan dan manusia hanyalah mediasi untuk membawa semua orang kepada kekudusan universal.
Beato Justin hanya membantu mereka untuk menemukan panggilan, membentuk dan menyertai mereka untuk menjawab suara panggilan Tuhan. Ia tidak meminta uang atau jaminan kepada calon untuk membentuk panggilan mereka. Ia hanya meminta agar orang muda dicirikan oleh niat baik untuk menjadi orang kudus dan memiliki tanda-tanda bahwa ia dipanggil.
Jika seseorang setelah mengalami panggilan, menyadari bahwa ia tidak memiliki panggilan untuk hidup relegius dan imamat, maka ia dengan bebas memilih untuk kembali ke rumah. Namun ia selalu mengharapkan agar dia yang kembali ke rumah senantiasa menghayati panggilannya menuju kekudusan.
Pater Galasso, seorang imam Vokasionis yang kemudian menjadi penerus sang pendiri menegaskan bahwa pada awalnya bukan niatnya untuk menjadi seorang Vokasionis. Namun Beato Justin tidak pernah memaksa atau menuntut dia untuk menjadi seorang Vokasionis.
Artinya bahwa seorang Vokasionis setelah mengalami hidup sebagai seorang Vokasionis lalu merasa bahwa Vokasionis bukan ladang yang cocok untuk menaburkan benih hidup religius dan imamatnya, maka ia boleh memilih untuk menjadi imam projo atau memilih kongregasi lain.
Beato Justin menjadi kemuliaan bagi Gereja lewat karya-karya asketis-mistisnya, meditasi dan pengalaman-pengalaman dalam Ekaristi-Trinitaria.
Mukjizat untuk Kanonisasi
Mukjizat yang memungkinkan kanonisasi Beato Justin sebagaimana di Napoli, Italia terjadi penyembuhan pada diri seorang religius Vokasionis, Jean Emile Rosolo, lahir di Madagaskar pada tahun 1984.
Mukjizat penyembuhan itu terjadi ketika Jean Emile sedang mengakhiri tahun pastoralnya. Pada malam tanggal 15 April 2016, Jean Emile setelah makan malam merasa tidak nyaman karena sakit di bagian kepala yang sangat nyeri.
Kemudian ia pergi ke kamarnya untuk beristrahat sebentar. Keesokan harinya ia tidak bangun untuk mengikuti doa dan perayaan Ekaristi, yang biasanya dilaksanakan pada pukul 07:15.
Terkejut dengan ketidakhadirannya, salah satu frater di komunitas pergi mencarinya di dalam kamar dan menemukannya terletak di lantai dalam keadaan tidak sadar dan dengan darah yang mengalir lewat mulut lalu terus mebasahi sulur tubuhnya.
Setelah memberitahukan kodisi Jean Emile ke pater superior, P. Antonio Petracca, lalu mereka segera membawanya ke ruang gawat darurat di salah satu rumah sakit di Napoli, Italia.
Pada waktu itu Jean Emile megalami koma dan sama sekali tidak memiliki napas dalam tubuhnya. Diaknosis dokter mengatakan bahwa dia mengalami kritis, kejang tonik-klonik (selama fase tonik pasien kehilangan kesadaran sehingga tidak menyadari apa yang terjadi) yang menyeluruh dan berkepanjangan.
Kondisinya semakin serius didukung dengan kejang pada otot, rhaabdomyiolysis dan pneumonia atau infeksi paru-paru sehingga ia mengalami gagal pernapasan.
Setelah mengetahui kondisi Jean Emile yang semakin tidak ada harapan untuk hidup, maka para dokter menginformasikan kepada pater general Vokasionis, P. Antonio Rafael do Nascimento.
Pada saat yang sama, pater general mengumumkan kepada seluruh anggota Vokasionis di dunia untuk berdoa novena secara khusus kepada Jean Emile lewat perantaraan Beato Justin Maria Russolillo.
Pada tanggal 18 April 2016 melihat situasi yang semakin kritis, maka para dokter meminta pater general agar organ tubuh Jean Emile yang masih berfungsi diberikan ke pasien yang lain yang masih memiliki harapan untuk hidup. Namun pater general menolak permintaan itu.
Mukjizat menjadi nyata tepat pada tanggal 21 April 2016 kondisi kritisnya tiba-tiba membaik dan sembuh dari situasi koma yang dialaminya.
Mukjizat ini terjadi pada doa novena di hari ketiga. Kebahagian dan kegembiraan pun tidak terelakkan oleh seluruh anggota Vokasionis di mana saja berada.