Katolikpedia.id
Berita Motivasi

Gosip dalam Biara. Sering Terjadi?

Gosip dalam biara Katolik

Katolikpedia.id – Suster Edelmira (rekaan) suatu hari menangis tersedu-sedu karena ia digosipkan dekat dengan seorang bapak, orangtua murid di sekolah tempat ia berkarya. Ia mengakui dekat dengan anak dari bapak itu.

Tapi tidak lebih dari hubungan antara guru dan murid. Dan memang sempat pula beberapa kali ia berbicara empat mata dengan si bapak itu. Tapi sekali lagi dalam rana konsultasi pendampingan yang baik dari orang tua terhadap anaknya.

Mendengar gosip ini awalnya Suster Edelmira memilih diam, menutup telinga dan tidak peduli. Namun, rupanya gosip ini semakin menggila dan menjadi-jadi. Dan yang lebih para lagi beberapa teman suster di komunitas dan bahkan di kongregasinya ikut percaya dengan gosip ini.

Romo Paulus (rekaan) bertugas sebagai Pastor Rekan di sebuah paroki. Suatu hari ia dikagetkan dengan kunjungan dari kedua orang tua dan beberapa sanak familinya. Kunjungan keluarga ini hanya ingin memastikan apakah Romo Paulus masih sebagai seorang Imam atau tidak, karena tersebar kabar angin bahwa Romo Paulus telah meninggalkan imamatnya dan telah menikah dengan seorang ibu beberapa bulan yang lalu.

Mendengar cerita anggota keluarganya ini, Romo Paulus kaget luar biasa. Romo Paulus kemudian hanya meminta mereka untuk mendoakan dia agar tetap menjadi iman yang baik dan sederhana.

Bruder Albertus (rekaan) suatu hari mendapat telepon via aplikasi WhatsApp dari seorang temannya. Temannya bertanya: apakah Bruder Albertus sudah menikah apa belum?

Lalu temannya bercerita panjang bahwa ia mendengar kabar Bruder Albertus telah menggelapkan atau menyalahgunakan uang kongregasi untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

Kabar terakhir yang ia dengar, Bruder Albertus menggunakan uang itu untuk resepsi pernikahannya dengan seorang guru muda tempat di mana ia berkarya. Bruder Albertus kaget, hampir pingsan setelah mendengar semua kisah itu.

Kisah-kisah di atas menceritakan bagaimana gosip yang tidak benar sering terjadi dan dialami oleh saudara-saudari kita dalam hidup membiara. Kita tentu bertanya mengapa budaya gosip ini bisa merasuk masuk juga dalam hidup membiara? Apa memang ada budaya gosip juga dalam biara?

Gosip dalam biara

Ketika budaya gosip masuk atau mulai menyusup masuk dalam tembok biara, hal ini mengundang rasa orang untuk bertanya-tanya. Ada apa? Kok ada gosip juga dalam biara? Kan Suster-suster, Romo-romo, Bruder, Frater lebih banyak banyak waktunya untuk berdoa, bermeditasi dan beradorasi? Apa mereka sering ngerumpi dan ngegosip sembunyi-sembunyi?

Kaum terpanggil sebagai bagian dari makhluk sosial tak bisa dipungkiri untuk bisa memenuhi hasrat sosialitasnya dengan berinteraksi dengan sesama. Interaksi ini bisa saja terwujud melalui “ngumpul-ngumpul” dan “ngobrol” yang akhirnya berujung pada “ngegosip”.

Kekhasan gosip adalah menonjolkan kejelekan dan mengupas nama baik orang atau teman sendiri. Gosip di satu sisi ada baiknya. Tapi menjadi tidak baik dan parah jika bagi sebagian orang merupakan kebutuhan. Itulah gosip versi lama tapi masih laku keras di pasaran pasar gosip.

Pertanyaannya, lalu apa gosip versi baru? Jika gosip dulu mengandalkan “mulutgram” kini sudah bergeser pada e-gosip (elektronik gosip) via WhatsApp. Gosip sudah merambat masuk dalam dunia komunikasi virtual.

Gosip kini bisa terjadi via aplikasi obrolan atau chatingg-an ini entah dengan berbagi pesan, gambar, dan video. Inilah gosip versi baru, gosip virtual. Dan tanpa bermaksud menghakimi, sebagian dari kita sebagai imam, suster, frater dan bruder tanpa sadar kita sudah masuk dalam era baru budaya gosip ini. Kadang kita bergosip ria via aplikasi virtual ini.

Logika gosip adalah logika iklan. Iklan biasanya tidak sesuai dengan fakta. Iklan menjanjikan banyak hal yang wow, tetapi hampir tidak ada realisasi.

BACA: Divonis Dokter Bayinya Alami Kelainan, Begini Kesaksian Iman Katolik Ibu Kinanti

Gosip pun demikian. Gosip hampir pasti tidak sesuai dengan fakta. Kita dibawa untuk terbius dengan mengiyakan kisah-kisah gosip yang enak didengar tapi tidak benar, tidak sesuai dengan realitas.

Orang yang sedang bergosip atau mendengarkan gosip kadang mengamini tanpa sadar. Gosip itu kadang menyembunyikan realitas yang sebenarnya. Karena yang penting dari gosip itu bukan soal benar atau tidaknya tapi lebih pada soal pemenuhan afeksi.

Sekali lagi, di dalam laboratorium gosip, bukan kebenaran faktual dan rasionalitas, melainkan afeksi dan sisi emotif yang menjadi pemain sentral. Dan bisa saja benar atau bisa juga salah bahwa berhadapan dengan budaya gosip ini, insting intelektual seolah dibius untuk tidur dan nalar kritis kita seolah tervaksin mati.

Datang dan lihatlah

Dalam Injil Matius, Yesus menasihati kita: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Mat.18:15-17).

Tindakan gosip, fitnah atau mengupas nama baik sesama saudara sendiri dianggap melawan nasehat Yesus ini.

Dalam kisahnya, Yesus mengajarkan kepada kita, bila teman kita salah, perlu kita dekati secara pribadi dan kita ingatkan, kalau dia tidak mau mendengarkan kita ajak seorang saksi, dan baru kalau dia tidak mau mendengarkan, kita ajukan ke jemaat.

Dengan lain kata, kita sebaiknya tidak menyebarkan kejelekan orang lain dulu, tetapi lebih mendekatinya secara persaudaraan (correctio fraterna).

Atau kita ke Pesan Paus Fransiskus dalam Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55, 16 Mei 2021 lalu. Judul dari pesan Paus ini adalah “Datang dan Lihatlah”. Paus mengajak kita untuk berjumpa dan berkomunikasi dengan sesama kita yang lain.

“Datang dan lihatlah” adalah metode mengenal realitas yang sangat sederhana, sebagai bentuk verifikasi paling jujur dari setiap pernyataan. Karena untuk mengetahui harus bertemu dan membiarkan orang di depan kita berbicara, serta membiarkan kesaksiannya sampai kepada kita.

Kata Paus Fransiskus: “kita perlu bergerak, pergi melihat sendiri, tinggal bersama orang-orang, mendengarkan kisah mereka dan mengumpulkan pelbagai pendapat atas realita yang akan selalu mengejutkan kita”.

Lanjut Paus dengan mengutip kata-kata dari Beato Manuel Lozano Garrido, beliau mengingatkan kita untuk: “Buka mata anda dengan takjub terhadap yang anda lihat, dan biarkan tanganmu merasakan kesegaran dan vitalitas, sehingga ketika orang lain membaca apa yang anda tulis, mereka akan menyentuh denyut kehidupan yang ajaib.

Begitulah iman Kristiani dimulai dan dikomunikasikan: sebagai pengetahuan langsung, lahir dari pengalaman, dan bukan dari desas-desus. Pun pula pengalaman hidup bersama dalam komunitas biara perlu dimulai dari pengalaman “datang dan lihat” bukan dari desas-desus dan gosip yang kabur, abu-abu dan samar-samar.

Hati-hatilah jika kita dengan awet sedang melestarikan budaya gosip dalam biara. Sebab dengannya kita sedang merakit sebuah bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Awas!

Berita Terkait:

Surati Paus Fransiskus, Ini Permintaan Ridwan Kamil untuk Paus

Tiwie Pert

Pemuda Katolik Kota Bogor Gelar Rekoleksi dan Penerimaan Anggota Baru 2024

Redaksi

Kongres Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia

Roy Hurint
error: Content is protected !!