Katolikpedia.id
Berita OMK

Menjawab Ustad Bangun Samudra, Inilah Fakta Pendidikan Seorang Calon Romo

Fakta Pendidikan Seorang Calon Romo Ustad Bangun Samudra

Katolikpedia.id – Hari-hari ini media sosial kita heboh perihal lamanya pendidikan seorang calon romo dan apakah di Seminari juga ada program akselerasi sehingga seseorang bisa lebih cepat jadi romo?

Topik ini ramai diperbincangkan setelah beredar video penjelasan Ustad Bangun Samudra perihal waktu pendidikan “super singkat” yang ia tempuh untuk menjadi romo atau pastor.

Selain itu, beredar juga spanduk yang menuliskan keterangan “Muallaf, Mantan Pastor, Lulusan S3 Vatikan” untuk Ustad Bangun Samudra.

Dari penjelasan Ustad Bangun Samudra dan keterangan spanduk tersebut semuanya berkaitan erat dengan agama Katolik. Maka umat Katolik perlu ikut meluruskan informasi tersebut.

Pendidikan seorang calon Romo

Di kalangan Katolik sudah menjadi informasi umum kalau pendidikan untuk jadi romo itu sangat lama. Rata-rata di atas 10 tahun tanpa korting (potongan). Mari kita sama-sama menghitung.

Pertama, seminari. Seseorang yang mau menjadi romo sudah pasti akan melewati pendidikan di seminari. Di Indonesia dikenal dua macam seminari yaitu seminari kecil dan seminari menengah.

Beberapa daerah memiliki seminari kecil – setingkat SMP. Jadi, anak-anak yang mau jadi romo masuk seminari setelah lulus SD. Setelah lulus dengan durasi tiga tahun, ia bisa melanjutkan ke Seminari Menengah – setingkat SMA, selama empat tahun.

Kedua, seminari tinggi. Mereka yang masuk Seminari tinggi adalah mereka yang lulusan dari seminari atau SMA. Mereka yang lulusan dari seminari bisa langsung masuk seminari tinggi pembinaan rohani yang dikenal dengan Tahun Orientasi Rohani (TOR) untuk calon imam projo atau Novisiat untuk calon imam tarekat/serikat.

Sementara mereka yang berasal dari SMA umum, harus mengikuti program penyesuaian selama satu tahun yang dikenal dengan istilah Kelas Persiapan Atas (KPA). KPA ini biasanya disediakan keuskupan atau seminari-seminari tertentu atau serikat tempat si calon mendaftar. Setelah itu baru ia bisa melanjutkan ke TOR atau Novisiat.

TOR pada umumnya berlangsung selama satu tahun, sementara Novisiat berlangsung selama dua tahun. Namun, karena alasan-alasan khusus dan pertimbangan tertentu lama pendidikan di TOR dan Novisiat bisa diperpanjang. Ingat hanya bisa diperpanjang, tidak ada pengurangan.

BACA: Transportasi Menuju Gua Maria Rangkasbitung, Mudah Terjangkau dari Jakarta

Setelah dari sini, seorang calon imam harus mengikuti pendidikan Filsafat dan teologi setara Strata 1 dengan lama pendidikan empat tahun. Setelah itu, ia akan menjalani praktik pastoral selama satu sampai dua tahun. Umumnya, di Indonesia dikenal dengan istilah Tahun Orientasi Pastoral (TOP).

Kalau pun ada tarekat yang menggunakan istilah lain, namun intensinya sama yakni si calon diberi kesempatan melayani di paroki atau lembaga-lembaga tertentu.

Pulang dari praktik pastoral, si calon harus melanjutkan pendidikan Teologi selama kurang lebih dua sampai empat tahun. Setelah itu ia baru mempersiapkan diri untuk tahbisan diakon. Usai ditahbiskan diakon, si calon harus menjalani praktik diakonat minimal enam bulan.

Setelah menyelesaikan semua proses pendampingan rohani, pendidikan akademis, dan tugas-tugas pastoral dan dinilai layak untuk ditahbiskan, barulah si calon ditahbiskan menjadi imam.

Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan seorang calon romo dihitung dari sejak Seminari Menengah hingga ditahbiskan menjadi imam seperti ilustrasi di atas adalah 12-15 tahun.

Ada akselerasi di seminari?

Lamanya waktu tersebut tidak pernah dikenal istilah akselerasi. Di seminari tidak ada istilah akselerasi atau lompat kelas. Semua jenjang pendidikan harus diselesaikan normal, sepintar apa pun orangnya.

Sebab, yang dinilai selama masa pendidikan ini bukan hanya kecerdasan akademis, tapi juga kecerdasan emosional dan kematangan sebagai seorang calon pemimpin Gereja Katolik.

Dengan melihat lamanya pendidikan seorang calon imam tersebut, maka silakan menilai pernyataan dari Ustad Bangun Samudra. Apakah keterangan tentang jenjang pendidikannya itu betul atau bohong?

S3 Vatikan

Dalam video yang beredar, ia juga menjelaskan bahwa gelar S3 ia raih dari Vatikan. Untuk diketahui bahwa di Vatikan tidak ada universitas atau sekolah tinggi atau lembaga pendidikan formal setingkat itu.

Di Vatikan hanya ada rumah tinggal Paus, Museum Vatikan, dan rumah tinggal untuk romo, biarawan, suster, bruder, dan karyawan yang bertugas atau berkarya di lingkungan Vatikan.

Justru universitas yang berstatus universitas kepausan berada di Roma yakni Universitas Urbaniana dan Universitas Gregoriana. Di dua universitas inilah kebanyakan romo dari seluruh dunia mengambil studi magister (S2) dan doctor (S3).

Penjelasan tentang pendidikan seorang calon imam tersebut sebagai jawaban untuk Ustad Bangun Samudra sekaligus pengetahuan bagi umat Katolik sendiri yang belum mengetahuinya.

Berita Terkait:

Jadwal Misa Pekan Suci Paroki-Paroki di Dekenat Barat I dan II Keuskupan Agung Jakarta

Redaksi

TKK MPK KaPal Bangkitkan Tunas Muda Berkarakter

A. Daris Awalistyo

Sedih! Pastor ini Ditangkap Hanya Karena Menentang Tindakan Aborsi

Edeltrudizh
error: Content is protected !!