Katolikpedia.id
Berita Keuskupan Agung Ende

Tidak Pernah Bermimpi Masuk Biara, Sekarang Justru Jadi Bruder. Kenalan Yuk Sama Br Eto!

Bruder-Bertolomeus-Pesa-SVD

Katolikpedia.id – Rencana Tuhan memang tak ada yang bisa menebak. Kalimat ini bisa dibilang melekat erat dengan perjalanan panggilan Bruder Bertolomeus Pesa, SVD.

Bruder yang akrab disapa Br Eto ini sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan membiara. Tujuan utamanya selepas dari SMA ,adalah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Namun, semua itu berubah hanya dalam waktu yang singkat. Dalam sekejap, ia membulatkan tekatnya untuk masuk biara.

Mari, kita simak cerita dan kisah panggilan Br Eto yang ia bagikan kepada Katolikpedia.

Bagaimana perjalanan awal hingga memiliki ketertarikan untuk menjadi Bruder? Apakah ada pengalaman unik atau yang paling berkesan?

Secara pribadi saya tidak mengenal secara detail tentang biarawan/i, apalagi tentang bruder. Yang terlintas dalam benak saya waktu itu hanya Romo, Pater dan Suster.

Saya tahu bahwa ada yang namanya biarawan (bruder) itu ketika 2014. Waktu itu para Novis SVD dari Novisiat Sang Sabda Kuwu-Ruteng sedang mengadakan live in di paroki kami, Paroki Hati Tersuci Sta. Maria Wudu (Keuskupan Agung Ende).

Dan para novis SVD itu ada yang Frater dan Bruder, kebeteulan salah satu dari mereka kebagian live in di KUB (Kelompok Umat Basis) kami. Dan dia seorang Bruder Novis.

Disitulah awal mula saya mengenal seperti apa sosok Bruder. Perihal perjalanan untuk menjadi biarawan (Bruder) sebetulnya saya tidak punya  niat sama sekali dan tidak pernah ada dalam pikirkan saya. Hal ini karena persis di waktu yang sama (2014), saya baru saja menyelesaikan pendidikan di bangku SMK.

Yang ada dalam benak saya waktu itu adalah, melanjutkan ke jenjang kuliah bukan masuk biara.

Jadi, selama proses live ini itu berlangsung, saya tidak pernah terlibat dalam kunjungan para frater SVD tersebut. Isi kepala saya disibukkan dengan persiapan untuk lanjut kuliah.

Namun Tuhan bekerja dengan cara lain yang tak terduga. Segala rencana itu pergi bersama para Novis SVD yang telah menyelesaikan masa live in dan harus kembali ke Ruteng.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba munculah niat baru dalam benak saya yakni ingin menjadi bruder.

Niat itu saya sampaikan ke orangtua dan mereka memberi restu. Maka terjadilah demikian. Akhir Juli 2014, saya meninggalkan rumah dan menuju ke Ende untuk memulai kehidupan baru. 

Apa yang melatarbelakangi keputusan Br. Eto untuk memilih dan terus bertahan dalam panggilan hingga sejauh ini? Dan bagaimana tanggapan orangtua saat awal memutuskan untuk menjadi Bruder?

Doa menjadi kekuatan utama bagi saya. Ketika ditimpa masalah atau goncangan dalam menelusuri perjalanan panggilan, maka Tuhan adalah tempat penganduan paling pertama. Setelah itu barulah saya berbagi cerita ke orangtua.

Dan tentang keputusan saya, orangtua selalu mendukung dan sangat atusias. Hal itu terbukti ketika dalam proses pengurusan berkas-berkas untuk masuk biara, mama atau bapa selalau ada di sana bersama saya.

Mengapa memilih menjadi Bruder, bukan seorang imam?

Setelah saya paham dan mengerti bahwa imam dan bruder itu adalah dua hal yang sama. Ttapi jauh sebelum saya mengerti itu, mungkin karena yang hadir atau yang kebagian live in di KUB waktu itu adalah seorang Bruder.

Andaikan waktuk itu seorang Frater, mungkin saja saya akan memilih menjadi imam. Dan saya secara pribadi konsisten dengan keputusan saya. Apa yang telah saya pilih, berarti harus itu yang saya jalani.

Apa yang melatarbelakangi keputusan Br. Eto sehingga menjatuhkan pilihan untuk bergabung menjadi bagian dari keluarga SVD? Ketimbang serikat yang lain?

Hal ini terjadi karena kurang adanya sosialisasi baik dari diri sendiri, dari paroki ataupun dari serikat-serikat lain. Sehingga pengetahuan tentang biara itu sangat kurang. Dan syukur yang hadir waktu itu adalah SVD, maka yang saya pilih adalah SVD.

Alasanya, akan jauh lebih mudah dalam urusan tentang masuk biara karena berkat dukungan informasi dari para novis yang live in di paroki saya. Ditambah lagi, yang berkarya di paroki saya adalah imam SVD jadi urusan ke depannya cukup memudahkan.

Selama perjalanan panjang hingga tiba pada momen kaul kekal ini, adakah hal paling sulit yang mungkin sempat mengguncang semangat panggilan atau mendatangkan keraguan? Bagaimana cara mengatasinya?

Tentu bukanlah perjalanan yang mudah dan pasti selalu ada kisah kelam yang mengguncangkan pangggilan, sehingga harus berjuang ekstra untuk mengahadapi dan mengatasinya.

Salah satu kisah yang membuat saya harus mempertaruhkan paggilan, bahkan bisa dikatakan mempertaruhkan nyawa adalah pada momen kecelakaan mobil yang saya dan teman kelas saya alami dalam perjalanan dari Atambua menuju Kupang.

Keceleakaan itu cukup tragis. Tapi Tuhan sungguh baik. Di balik kecelakaan tragis yang membuat mobil tumpangan kami cukup hancur, kami berdua selamat dan tidak mengalami luka sedikitpun.

Pasca kecelakan itu, yang tertanam dalam pikiran saya saat itu adalah, DIKELUARKAN. Namun faktanya, hal itu tidak terjadi. Saya sungguh bersyukur, bukan karena tidak dikeluarkan dari biara, tetapi karena nyawa selamat dari maut.

Bagaimana perasaan Br. Eto selama persiapan menjelang kaul kekal? Adakah bayangan ketakutan dalam menghadapai tantangan-tantangan yang akan datang di hari esok?

Kami diberi kesempatan untuk mempesiapkan diri menjelangkan kaul kekal. Istilahnya umumnya disebut, masa Probasi selama 6 Bulan dan saya sangat enjoy pada momen ini.

Enam bulan bukanlah waktu yang singkat atau bukan pula waktu yang sangat lama melainkan waktu yang sangat-sangat istimewa.

Waktu di mana kami harus menentukan keputusan yang tepat, entah lanjut (tetap menjadi bruder SVD) atau berhenti dan memulai kehidupan baru.

Di momen ini, kami diminta untuk melihat kembali perjalanan panggilan yang sudah, sedang dan yang akan datang, sambil melihat tantangan-tantangan yang pernah terjadi dan tantangan yang akan datang.

Tantangan yang akan datang pastinya saya tidak mengetahuinya secara persis tetapi pasti akan selalu ada, karena sudah pasti hal itu tidak akan terelakan dalam setiap peristiwa panggilan hidup membiara.

Berbicara soal tantangan, dalam diri saya selalu ada ketakutan dan kecemasan apalagi dalam menghadapi dunia yang sangat luas dan kompleks ini.

Segalanya serba ada, kemajuan teknologi yang tak terbendungkan ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi saya, tetapi saya selalu yakin bahwa Tuhan pasti akan hadir, menyertai dan Dia selalu punya cara untuk saya dalam menghadapi dan mnyelesaikan tantanngan itu sendiri.

Apa makna kaul kekal bagi Bruder Eto? Bisa gambarkan dalam tiga kata?

Kaul kekal artinya janji kesetiaan untuk selama-lamanya yang diikrarkan kepada Tuhan dan disaksikan oleh pimpinan SVD, anggota SVD dan semua umat yang turut hadir dalam peranyaan Ekaristi.

Ada tiga kaul suci yang diikrarkan yakni Ketaatan, Kemiskinan dan Kemurnian. Ketaatan: taat kepada Tuhan, pada pimpinan SVD, taat akan aturan yang belaku dalam serikat sesuai dengan konstitusi serikat. 

Kemiskinan: berani meninggalkan segala sesuatu dan menghidupi cara hidup yang sederhana. Dan, Kemurnian: hidup suci dan murni/hidup membujang selamanya.

Berita Terkait:

Jadwal Misa Paskah 2024 Gereja-Gereja Katolik di Tangerang (I)

Redaksi

Mari Mengenal Kelompok Meditasi Kristiani Kasih Keuskupan Maumere, yang Berusia 5 Tahun

Redaksi

Moderasi Beragama untuk Wartawan Katolik dan Pimpinan Penerbit Katolik

Redaksi
error: Content is protected !!