Katolikpedia.id
Berita Paus Fransiskus

Lihat, Paus Menyebut Indonesia dalam Homili. Betapa Senangnya…

Paus Fransiskus Sebut Indonesia

Katolikpedia.id – Rabu sore, 2 Februari 2022, di Basilika Santo Petrus Vatikan ada perayakan Ekaristi Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah, sekaligus Hari Hidup Bakti Sedunia XXVI. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapa Suci Paus Fransiskus.

Dalam kotbahnya Bapa Suci mengajak kaum Hidup Bakti untuk meniru sikap Simeon dan Anna. Paus mengatakan Simeon dan Anna menunggu dan menantikan kedatangan Tuhan di bait suci dengan setia. Penantian mereka tidak pasif. Tapi penantian yang aktif, penuh tindak dan gerakan.

Ada tiga gerak tindak dari Simeon yang bisa menjadi contoh bagi Kaum Hidup Bakti. Pertama, Simeon digerakan oleh Roh. Roh Kudus menjadi aktor utama yang mendorong Simeon ke bait suci dan Roh-lah yang membakar keinginan hati Simeon untuk bertemu dengan Tuhan.

BACA: Kumpulan Doa Katolik untuk Memohon Pekerjaan

Kedua, Gerak mata Simeon melihat keselamatan dalam diri Yesus. Simeon, setelah digerakkan oleh Roh, melihat dan mengenali Kristus. Dan dia berdoa sambil berkata: “Mataku telah melihat keselamatan”. Bertemu dengan Tuhan tidak saja membuka mata tapi mengubah pandangan, dan mengubah cakrawala berpikir.

Ketiga, Gerak tangan Simeon yang menyambut Yesus dalam pelukannya. Sambil memeluk Yesus, mulut Simeon mengucapkan kata-kata penuh berkat, pujian, dan kekaguman. Ini adalah sebuah tindakan yang lembut dan penuh makna. Allah menempatkan Putra-Nya dalam pelukan kita dan kita menyambutnya pula dalam kehangatan pelukan kita.

Tapi yang menarik dan mengesankan bagi saya sebagai seorang Indonesia, ketika di pertengahan kotbahnya Paus menyebut nama Indonesia. Kebetulan saya juga hadir langsung dalam perayaan Ekaristi kemarin. Jujur saat nama Indonesia disebut saya terkejut dan spontan hampir langsung berdiri.

Paus Fransiskus mengatakan begini: “Marilah kita membuka mata, melalui berbagai krisis; ya… sesungguhnya ada banyak krisis; ada jumlah yang berkurang; ‘Romo tak ada panggilan lagi. Kini kami akan pergi ke satu pulau di Indonesia untuk melihat apakah disana kami bisa menemukan seseorang’”.

Sebagai seorang Bapa tentu apa yang disampaikan Paus adalah sebuah bentuk apresiasi akan melimpahnya panggilan di Indonesia. Dan tentu saja ada bisikan-bisikan yang sudah sampai dan terdengar di telinga Bapa Suci bahwa Indonesia adalah negara yang dilimpahi dengan banyak panggilan untuk menjadi Kaum Hidup Bakti.

Indonesia seolah menjadi “tanah terjanji” yang dilirik banyak kongregasi untuk “merekrut” panggilan. Indonesia seolah menjadi tempat “investasi panggilan”. Hanya saja ketika “Investasi panggilan” yang tidak dibarengi oleh persiapan formasi baik inisial maupun formasi lanjutan yang terencana dan terpikirkan dengan baik bisa saja akan banyak dari sisi kuantitas tapi kurang berisi dari sisi kualitas. Dan Inilah bahayanya. Tapi sekali lagi ketika Indonesia disebut sebagai tanah ruah limpahnya panggilan harus tetap kita syukuri bersama.

Lalu ketika penggalan kalimat dari Bapa Suci yang menyebut: “Marilah kita membuka mata, melalui berbagai krisis; ya…sesungguhnya ada banyak krisis; ada jumlah yang berkurang”, membuat saya atau kita bisa bertanya sembari merenungkan lebih jauh apa maksud dari kata-kata ini. Apa benar ada krisis?

Bapa Suci sebenarnya sudah sejak lama dalam anjuran apostoliknya Evangelii Gaudium art.78-109 telah membahas “Godaan-godaan yang dihadapi oleh Kaum Hidup Bakti”. Misalkan saja pada art. 78, Paus menulis: “saat ini kita sedang menyaksikan dalam diri banyak pekerja pastoral, termasuk para biarawan dan biarawati, perhatian berlebihan akan kebebasan pribadi dan hidup santai, yang menjadikan mereka melihat karya mereka sebagai suatu tambahan belaka pada hidup mereka, seolah-olah karya itu bukanlah bagian dari identitas mereka sendiri”.

Dengan lain kata, saat ini kaum religius hanya secara lahiriah atau secara sosial tampaknya berjalan seperti semangat pendiri dan tuntutan Gereja, tetapi secara spiritual sesungguhnya sudah keropos. Bisa saja kekeroposan itu tidak disadari atau pun disadari tetapi tidak dihiraukan. Paus tentu saja tahu bahwa bila krisis identitas dalam diri kaum hidup bakti, tentu akan berujung pada kendurnya semangat bermisi.

Akhirnya ketika nama Indonesia disebut dalam homili Bapa Suci Paus Fransiskus kemarin tentu menjadi kebanggaan untuk kita semua. Ada pujian. Ada peluang. Adalah berkat. Dan pasti pula adalah tantangan. Ingatlah, panggilan itu “menemukan” bukan “ditemukan”.

Mari kita bersyukur dan berjalan bersama.

Berita Terkait:

Kata Santo Fransiskus Xaverius: “Kekuatan Doa itu Luar Biasa”

Edeltrudizh

Pesparani Nasional 2023 Resmi Dibuka di Jakarta

Redaksi

Mengenal Paroki Bijaepasu yang Sudah Berusia 50-an Tahun

Edeltrudizh
error: Content is protected !!