Katolikpedia.id
Berita

Proficiat! Romo Doddy Sasi, Imam Asal NTT Raih Gelar Doktor Hukum Gereja di Roma

Romo-Doddy-Sasi-CMF-dan-Paus-Fransiskus

Katolikpedia.id – Ada kabar bahagia, Romo Doddy Sasi, CMF, imam asal Indonesia baru meraih gelar Doktor Hukum Gereja di Roma. Sebagian orang mungkin belum begitu kenal dengan sosok Romo Doddy Sasi, CMF. Namun, bagi mereka yang kerap mengunjungi website Katolikpedia, nama imam ini sudah tidak asing. Tulisannya banyak yang dipublish di Katolikpedia.

Dari Malaka ke Kota Abadi: Sebuah Kisah meraih Doktor Hukum Gereja”

Rabu 1 Maret 2023 sore mengukir sebuah kabar sukacita dalam perjalanan pendidikan Pastor Viktor Doddy Sau Sasi, CMF, imam muda Claretian asal Indonesia. Imam

Kisahnya, putra kelahiran Besikama, Malaka, 2 Juni 1984 ini meraih gelar doktor dalam bidang Hukum Gereja Katolik dari Universitas Kepausan Lateran-Roma. 

Bertempat di Aula Paulus VI, Universitas Kepausan Lateran Roma-Italia (pkl.15.45 CET), mahasiswa yang akrab disapa Om Dosa ini mempertahankan ujian terbuka disertasinya yang ditulis dalam bahasa Italia dengan judul: “La responsabilità del Superiore Provinciale sui beni temporali alla luce del canone 636 e la sua applicazione al diritto proprio della Congregazione dei Missionari Clarettiani”.

Romo-Doddy-Sasi-CMF-usai-ujian-disertasi
(Foto: Pastor Paulus Halek SSCC)

Sempat diragukan keluarga

Putra dari pasangan Martinus Sasi (Alm) dan Elisabeth Kehi ini, tidak pernah menyangka untuk menggelar prestasi studi seperti ini di kota abadi. Rasanya, diutus studi ke Roma ibarat sebuah mimpi di siang bolong. Sebagai putra sulung dari empat bersaudara, dia bertanggungjawab untuk ketiga saudaranya. Karena itu, dari Besikama dia melanjutkan sekolah SMAN 1 di Kupang, ibu kota Propinsi NTT.

Kenangnya bahwa berpindah ke ibukota akan membuatnya mendapat pendidikan yang lebih bagus demi meraih masa depan kariernya. Namun, rencana Tuhan di luar yang dia kehendaki. Masa-masa di Kupang, Kota karang justru menumbuhkan benih panggilan dalam sanubari nuraninya untuk hidup membiara. Diapun memilih bergabung dalam Kongregasi CMF. Perjalanan panggilan dilaluinya dengan sukacita dan penuh dukungan dari semua keluarga.

Even sasi, salah satu saudaranya berkisah bahwa memang awalnya  keluarga tidak yakin bila dia ingin menjadi imam. Sebab umumnya, untuk mejadi imam seseorang harus menempuh pendidikan di seminari menengah.

“Jadi, saat tamat SMA di Kupang dan dia bilang mau masuk biara, kami keluarga setuju saja dan suatu saat bila dia tidak bertahan dan keluar, kami anggap biasa, mungkin itu bukan panggilannya. Namun, kami keluarga saat ini sungguh bersyukur bahwa kakak kami menjadi imam dan memberikan diri untuk pelayanan dalam gereja. Kami terus mendukungnya dalam doa sederhana dari semua keluarga.”

Setelah melewati proses pendidikan filsafat dan teologi di dua universitas berbeda (2004-2009: Studi Filsafat di Fakultas Filsafat Agama Unika Widya Mandira Kupang dan 2010-2013: Studi Teologi di Fakultas Teologi Kepausan Wedabhakti Jogyakarta), maka pada 8 Desember 2014 Romo Doddy menerima tahbisan Imam di Katedral Kupang dari tangan Mgr Petrus Turang, Pr.

Setelah tahbisan, dia langsung dipercayakan sebagai formator, pembina Claretian muda di Rumah Formasi Pra Novisiat Claret Kupang (2014-2017).  Pengalaman bersama orang muda di rumah formasi itu mengantarnya untuk melanjutkan studi lanjut Hukum Gereja di Roma.

Diutus ke Roma

Pada awal Juni 2017 dia tiba di Roma dan tinggal di Komunitas Iuridicum Claretianum, Roma Italia. Komunitas ini adalah komunitas khusus para kanonis Claretian baik mereka yang sebagai tenaga pengajar di Lateran, mereka yang bekerja di Dikasteri Kuria Roma atau para Pastor Student yang sedang belajar Hukum Gereja.

Kenangnya bahwa saat awal tiba di komunitas ini, hari berikutnya pemimpin kommutas langsung membawanya ke salah satu ruangan penting di komunitas yaitu “perpustakaan”. Saat di dalam perpustakaan, pemimpin komunitas mulai mengucapkan “selamat datang di komunitas ini, tidak ada harta terbaik yang kami siapkan bagimu selain deretan buku-buku yang tersedia di perpustakaan terbaik dalam bidang hukum gereja ini.

Kamu akan sukses studi bila setia berkunjung dan rekreasi di tempat ini”. Itulah sebuah pesan yang selalu Om Dosa (sapaan akrabnya) kenang dan ingat selama tinggal di komunitas.

Rm-paulus-halek-sscc-dan-Rm-Doddy-Sasi-CMF
Rm Paulus Halek SSCC dan Rm Doddy Sasi CMF

Melanjutkan S3 di Roma

Pada Juni 2020, dia menyelesaikan studi Lisensiat Hukum Gereja di Universitas Lateran Roma dan di Universitas yang sama, pimpinan kongregasi Claretian mengutusnya untuk studi lanjut doktoral dalam Hukum Gereja. Karena itu, setelah liburan 3 bulan di kampung halaman, Umatoos-Besikama, Malaka, pada Oktober 2020, dia mulai kuliah sebagai mahasiswa program doktoral Hukum Gereja.

Keprihatinanya akan situasi kepemimpinan dalam gereja saat ini menginspirasinya untuk menulis tentang tanggungjawab pemimpin dalam mengatur harta benda Gereja, khususnya tanggungjawab seorang superior provinsial.

Ada empat konsep penting yang dia kembangkan yakni: konsep tentang tanggung jawab, konsep harta benda gerejawi dan harta benda kaum religius, analisis eksegetis atas kanon 636 Kitab Hukum Kanonik 1983, dan proses aplikasi pada hukum khusus dari Kongregasi para Misionaris Claretian. Dan yang menjadi locus specificus dalam lingkup kanonik, judul disertasi ini menyentuh baik hukum religius dari kaum hidup bakti maupun hukum tentang harta benda gerejawi.

Ujian terbuka disertasinya berlangsung selama kurang lebih satu jam. Diawali dengan presentasi dari Pastor Doddy Sasi sebagai kandidat dan diikuti dengan proses diskusi bersama tiga penguji. Ujian berjalan dengan sangat cair dan tenang. Dan pada penilaian akhir secara publik dari para penguji, Pastor Doddy Sasi dinyatakan lulus dengan predikat “summa cum laude”.

Romo-Doddy-Sasi-CMF-saat-ujian-disertasi
(Foto: Pastor Paulus Halek SSCC)

Ketika diwawancarai usai ujian disertasinya, Imam kelahiran Besikama, Kabupaten Malaka, Propinsi Nusa Tenggara Timur ini mengatakan: “pencapaian akademis yang dicapai ini bukan akhir dari sebuah proses untuk mencari tapi kembali menjadi awal untuk berkarya dan melayani. Dan karya dan pelayanan untuk keselamatan jiwa-jiwa (salus animarum) itu harus selalu dilakukan dengan kerendahan hati, pungkas Imam yang menyelesaikan masa doktoralnya selama 2 tahun 4 bulan ini.

Hadir pula dalam ujian disertasi terbuka ini, Ibu Lina Yanti, perwakilan dari Kedutaan Duta RI untuk Takhta Suci Vatikan, Pastor Avensius Harung MI, Ketua IRRIKA (Ikatan Rohaniwan/wati di Kota Abadi), para misionaris Claretian yang ada di Roma serta para sahabat-kenalan.

Berita Terkait:

Berapa Gaji Bulanan Paus Fransiskus? Ini Penjelasannya!

Edeltrudizh

Gereja St. Joseph Karimun Didemo Berulang Kali, Jokowi : Negara Menjamin Kebebasan Beribadah

Edeltrudizh

Mari Kita Mendoakan Paus Fransiskus yang Menjalani Operasi

Tiwie Pert
error: Content is protected !!