Katolikpedia.id
Berita Buku Motivasi

10 Fakta Penting tentang Prof. em. Dr. Romo Franz Magnis-Suseno SJ

Biografi Romo Franz Magnis-Suseno SJ

Katolikpedia.id – Nama Romo Franz Magnis-Suseno SJ kembali jadi berita hangat sejumlah media tanah air, beberapa minggu terakhir.

Kembali melambungnya nama imam “senior” Serikat Jesus ini tidak lepas dari kehadirannya sebagai saksi ahli dalam sidang kasus Ferdy Sambo cs. Romo Magnis hadir sebagai saksi ahli untuk terdakwa Richard Elieser.

Di dalam sidang tersebut, Romo Magnis menjelaskan poin-poin penting seputar filsafat moral dan pertimbangan-pertimbangan etis dalam kondisional tertentu. Ia juga menjelaskan gambaran relasi kuasa daman tubuh mileter, terutama Polisi RI.

Lantas, siapa sebetulnya Romo Franz Magnis-Suseno? Berikut adalah 10 fakta penting tentang Romo Magnis, yang kami rangkum dari berbagai sumber, termasuk dari podcast Gita Wirjawan bersama Romo Magnis dalam YouTube Gita Wirjawan.

Nama Asli dan orangtua

Romo Magnis lahir di Eckersdorf, Silesia, Jerman (kini Bożków, Nowa Ruda, Polandia) pada 26 Mei 1936. Oleh kedua orangtuanya, ia diberi nama Maria Franz Ferdinand Graf von Magnis.

Nama kedua orangtuanya adalah Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Gräfin von Magnis né Prinzessin zu Löwenstein.

Belajar Pemikiran Karl Marx

Saat menjalani masa formasi menjadi seorang calon imam Serikat Jesus (SJ), ia pernah belajar tentang Karl Marx, seorang filsuf yang diyakini sebagai inspirator gerakan komunis di dunia.

Seorang calon Romo kok belajar tentang komunis? Romo Magnis menjelaskan, pada masa itu Gereja Katolik ikut khawatir bahwa perkembangan paham komunis mengancam dunia. Karena itu, Gereja Katolik pun ikut melawan.

“Untuk mengetahui lawan, kami harus tahu dan mempelajari kekuatan lawan dari dalam,” kata Romo Magnis dalam obrolannya denan Gita Wirawan, sebagaimana dilansir pada Rabu (4/1/2023).

Belajar Bahasa Jawa

Pada 1961, Magnis yang saat itu berusia 25 tahun, menerima tugas misioner dari Jesuit untuk datang ke Indonesia. Tiba di Indonesia, ia langsung belajar bahasa Jawa di Girisonta, Jawa Tengah. Setelah itu, barulah ia belajar bahasa Indonesia.

BACA: Tentang Pengunduran Diri almarhum Paus Benediktus XVI

Skema belajar seperti ini, menurut Romo Magnis, cukup efektif. Ketika ia sudah bisa berbahasa Jawa, maka ia mudah mempelajari bahasa Indonesia.

Ditahbiskan di Indonesia

Tiba di Indonesia, Magnis muda terus melanjutkan studinya di bidang teologi. Dan akhirnya ia ditahbsikan menjadi imam dalam Serikat Jesus pada 1967.

Ia menerima tahbisan imam dari Uskup Keuskupan Agung Semarang kala itu, Kardinal Justinus Darmojuwono.

Bangun STF Driyarkara

Romo Magnis terhitung sebagai salah satu perintis Sekolah Tinggi Filsasat (STF) Driyarkara. Ia terlibat langsung dalam merancang pendidikan awal sekolah itu, bersama Prof. Dr. Romo Nicolaus Drijarkara SJ. Nama STF Driyarkara diambil dari nama Romo ini.

Jadi WNI

Menjalani masa perutusan di Indonesia rupanya semakin memantapkan hati Romo Magnis untuk menjadi Warga Negara Indonesia atau WNI. Maka, pada 1977, ia resmi menjadi WNI dan menyandang nama Franz Magnis-Suseno hingga sekarang.

Menulis 700 karangan populer

Profesor Emeritus STF Driyarkara ini tercatat sudah menulis lebih dari 700 karangan populer. Ia juga menulis sekitar 44 judul buku.

Dua buku terbarunya yang terbit pada 2021 yang lalu adalah “Demokrasi – Agama – Pancasila: Catatan Sekitar Perpolitikan Indonesia Now” dan “Keagamaan Masa Depan – Modernitas – Filsafat: Harkat Kemanusiaan Indonesia Dalam Tantangan”. Dua buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

BACA JUGA: Daftar Nama Paus dari Dulu hingga Sekarang

Gelar doktor kehormatan

Romo yang gemar mendaki gunung ini meraih gelar doktor di bidang filsafat dari Ludwig-Maximilian-University di München, Jerman. Ia menjalani pendidikan doktor di sana dari 1971-1973.

Selain itu, ia juga mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Fakultas Teologi Universitas Luzern, Swiss.

Saat ini, Romo Magnis juga menyandang gelar Profesor Emeritus dari STF Driayarkara, lembaga tempat ia mengabdikan sebagian besar hidup dan pemikiran-pemikirannya.

Penghargaan

Ia juga memperoleh dua gelar kehormatan di tingkat negara yakni Das große Verdienstkreuz des Verdienstordens dari Republik Federasi Jerman pada 2001 dan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 2015.

Tidak pakai medsos

Romo yang sangat gemar pada filsafat Jawa ini menjelaskan bahwa ia tidak menggunakan media sosial alias medsos, atau bahkan membacanya.

“Saya hanya membaca ulasan tentang medsos melalui jurnal,” ujarnya kepada Gita Wirjawan.

Bukan soal gaptek atau tidak bisa, melainkan medsos tidak bisa menjadi ruang rujuk mendapatkan ilmu pengatahuan yang komprehensif.

Inilah sepuluh fakta tentang Prof. em. Dr. Romo Franz Magnis-Suseno SJ. Sehat-sehat terus Romo!

Berita Terkait:

Mengapa Kita Harus Membaca Alkitab? Ini Jawaban Paus Fransiskus

Redaksi

Jadwal Misa Tahun Baru 2023 untuk Area Jakarta (1)

Redaksi

Uskup Keuskupan Padang sudah Terpilih, dari Serikat Xaverian

Steve Elu
error: Content is protected !!