Katolikpedia.id – Paus Emeritus Benediktus XVI meninggal pada 31 Desember 2022, pada usia 95 tahun. Seorang penulis dan sarjana teologi yang produktif. Ia menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik selama hampir delapan tahun, dari tahun 2005 hingga pengunduran dirinya pada tahun 2013.
Ketika Paus Benediktus XVI menerbitkan ensiklik pertamanya, dia memilih topik yang abadi yakni, “Allah adalah Kasih”
Ia memulai dokumen Deus Caritas Est (Allah Adalah Kasih) pada tahun 2005 dengan mengutip 1 Yohanes 4:16: “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”
Ini bukan yang pertama atau yang terakhir ia mengajar tentang subjek tersebut. Namun dalam setiap seruannya, ia selalu menyuarakan bahwa Allah adalah kasih. Berikut 10 kutipan tentang kasih dari mendiang Paus Emeritus.
1. Cinta butuh keberanian
“Orang muda yang terkasih, saya ingin mengajak Anda untuk ‘berani mencintai.’ Jangan menginginkan sesuatu yang kurang dalam hidup Anda selain cinta yang kuat dan indah dan yang mampu membuat seluruh keberadaan Anda menjadi usaha yang menyenangkan memberikan diri Anda sebagai hadiah kepada Tuhan dan saudara-saudara Anda, meniru Dia yang mengalahkan kebencian dan kematian selamanya melalui cinta.” — Hari Pemuda Sedunia, 2007
2. Kita dicintai Tuhan
“Kita masing-masing adalah ciptaan Tuhan. Masing-masing dari kita dikehendaki, masing-masing dari kita dicintai, masing-masing dari kita diperlukan.” — Homili, Lapangan Santo Petrus, 24 April 2005
3. Rahasia kebahagiaan sejati
“Jika kita membiarkan kasih Kristus mengubah hati kita, maka kita dapat mengubah dunia. Inilah rahasia kebahagiaan sejati.” — Guanajuato, Meksiko, 24 Maret, 2012
4. Kasih menerangi kegelapan
“Kasih adalah cahaya – pada akhirnya satu-satunya – yang setiap kali menerangi dunia yang gelap dan memberi kepada kita keberanian untuk hidup dan bertindak. Kasih itu mungkin, dan kita bisa melaksanakannya, karena kita diciptakan menurut gambar Allah” – Deus Caritas Est
5. Kasih itu dari Allah
“Kasih tumbuh oleh kasih. Kasih itu “ilahi”,karena berasal dari Allah dan menyatukan kita dengan Allah, membuat kita dalam proses penyatuan ini menjadi kita, yang mengatasi perpisahan dan menyatu-kan kita, sehingga pada akhirnya :Allah menjadi segala dalam semua” – Deus Caritas Est
6. Allah selalu dekat
“Kisah kasih antara Allah dan manusia justru berarti bahwa persekutuan kehendak ini berkembang menjadi persekutuan pemikiran dan perasaan, dan dengan demikian kemauan kita dan kemauan Allah makin menyatu: kehendak Allah bukan lagi kehendak asing bagiku, yang memaksakan perintah dari luar, melainkan kehendakku sendiri berpangkal pada pengalaman bahwa memang benar Allah lebih dekat padaku daripada aku sendiri.” – Deus Caritas Est
7. Dasar dunia adalah cinta
“Jika Anda mengikuti kehendak Tuhan, Anda tahu bahwa terlepas dari semua hal buruk yang menimpa Anda, Anda tidak akan pernah kehilangan perlindungan terakhir. Anda tahu bahwa dasar dunia adalah cinta, sehingga meskipun tidak ada manusia yang dapat atau akan membantu Anda, Anda dapat melanjutkan, percaya pada Dia yang mencintai Anda.”
8. Kasih Allah adalah yang paling radikal
“Dalam wafat-Nya di salib terwujudlah sikap Allah terhadap diri-Nya sendiri; ia menganugerahkan diri untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia – Inilah bentuk kasih yang paling radikal.” – Deus Caritas Est
9. Mencintai berarti siap menderita
“Siapapun yang sungguh ingin menyingkirkan penderitaan, maka ia harus menyingkirkan cinta diantara segalanya, karena tidak mungkin ada cinta tanpa penderitaan, karena cinta selalu menuntut unsur pengorbanan diri, karena mengingat perbedaan temperamental dan drama situasi, itu akan selalu membawa serta penolakan dan rasa sakit.”
10. Maria adalah manusia yang mengasihi
“Maria adalah manusia yang mengasihi. Tak mungkin lain! Sebagai orang beriman dan dalam iman berpikir dengan pikiran Allah, berkehendak dengan kehendak Allah ia hanya dapat menjadi manusia yang mengasihi. Kita dapat menduganya dari isyarat halus yang diceritakan kepada kita oleh kisah kanak-kanak dari Injil. Kita melihatnya dalam diskresi di Kana waktu ia melihat kesulitan mempelai dan meneruskannya kepada Yesus. Kita melihatnya dalam kerendahan-hati yang terungkap dalam perilaku tak menonjol selama penampilan Yesus dalam hidup publik – karena ia tahu bahwa putranya kini harus mendirikan keluarga baru dan bahwa saat ibu akan kembali di salib, saat Yesus sesungguhnya” – Deus Caritas Est